Social Icons

Jumat, 06 Desember 2013

Perbanyakan Bibit Tanaman Durian secara Vegetatif dengan Teknik Okulasi


BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Durian merupakan tanaman spesifik tropis yang bernilai ekonomis cukup tinggi untuk meningkatkan pendapatan petani, devisa negara, dan kebutuhan agribisnis. Pertanaman durian yang ada saat ini umumnya berasal dari benih yang kualitasnya sangat beragam. Penyediaan bibit varietas unggul sangat diperlukan untuk menunjang perluasan pertanaman durian sehingga produksi durian Indonesia bisa bersaing dengan durian dari luar negeri.
Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan  salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya durian. Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan alternatif untuk mendapatkan bibit berkualitas. Perbanyakan secara generatif pada umumnya memerlukan waktu yang cukup lama, namun kelebihan perbanyakan dari benih adalah secara umum batang pohon hasil benih lebih kokoh, sehat dan berumur panjang (Nazaruddin dan Muchlisah, 1994).
Salah satu cara yang digunakan dalam perbanyakan vegetatif adalah dengan grafting yaitu menggabungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sehingga tercapai kombinasi  dan persenyawaan yang akan tumbuh menjadi tanaman baru (Wudianto, 1988).
 Faktor awal keberhasilan grafting adalah penyediaan batang bawah yang memiliki pertumbuhan yang baik. Batang bawah asal benih  (semai) lebih menguntungkan dalam hal jumlah, dan pada umumnya tidak membawa virus dari pohon induknya, dan sistem perakarannya lebih bagus serta kuat (Ashari, 2006).
Perbanyakan secara vegetatif dilakukan menggunakan bagian tanaman seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang dan daun sekaligus. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara mencangkok, okulasi, stek dan kultur jaringan. Pembiakan vegetatif tanaman dapat terjadi secara alamiah atau dibuat oleh manusia. Secara alamiah, perkembangan terjadi melalui pembelahan sel, spora, tunas, rhizome, dan geragih. Pembiakan vegetatif buatan dimanfaatkan melalui cara stek, cangkok, okulasi dan sambung. Para petani memanfaatkan pembiakan vegetatif buatan untuk menghasilkan tanaman baru yang cepat berproduksi dengan sifat dan kualitas yang sama dengan induknya.  Namun perbanyakan vegetatif buatan yang dikenal oleh para petani hanya mampu menghasilan tanaman dalam jumlah yang terbatas. Keuntungan pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan tanpa pengubahan dan pembiakan vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan secara generatif. Pada pembiakan vegetatif satu tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat (Hartman & Kester. 1997).
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, oculatie (Belanda) atau Budding (Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibandingkan setek dan cangkok. Kelebihannya adlah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik daripada induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang bawah. Sedang tanaman yang mempunyai buah lezat diambil mata tunasnya untuk ditempelkan pada batang bawah yang dikenal dengan sebutan entres atau batang atas (Wudianto, 2002).
Okulasi  bertujuan  untuk melestarikan  tanaman durian  dari  beberapa  varietas. Selain  itu, okulasi juga bertujuan  untuk  memenuhi  permintaan  tanaman  durian  yang  semakin  banyak (memenuhi  produk  pemasaran  dari buah  durian). Okulasi  juga  memberikan  nilai  praktis (waktu  yang  lebih singkat) dalam bertanam durian. Buah durian banyak dikenal dan disukai orang di mana-mana. (Sumarsono, 2002 ).
I.2. Tujuan
            Tujuan praktek lapangan ini adalah untuk mengetahui teknik perbanyakan bibit durian secara vegetatif dengan tehnik okulasi.

1.3. Manfaat
Adapaun manfaat magang ini dilakukan adalah :
1.      Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat memecahkan permasalahan dalam bidang pertanian.
2.      Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan sehubungan antara teori dan penerapannya, sehingga dapat menjadi bekal mahasiswa untuk terjun dalam dunia kerja.
3.      Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang pembibitan tanaman buah.



BAB II
TINJAUA PUSTAKA




2.1. Durian
            Durian (Durio zibethinus) adalah merupakan salah satu tanaman asli Asi Tenggara yang beriklim tropic basah, khususnya ditailan, Malaysia, dan Indonesia, Di Indonesia pusat keragaman genetikan di Kalimantan (27 spesies) kemudian di Sumatera Utara (11 spesies) (Sumarsono et al., 2002). Tinggi pohon durian dapat mencapai 30 meter, batang memiliki diameter 100 cm dengan warna kayu makin dalam semakin kemerah-merahan, beserta kasar, ringan dan tidak berbau. Daun tanaman durian berbentuk elips sampai lonjong. Panjang dau antara 10-15 cm dan lebarnya 3-4,5 cm. Bunga bergantung pada batang atau cabang yang sudah tua. Bunga muncul secara bergerombol 3-30 bunga, panjang tangkai bunga 5-7 cm, panjang bunga antara 5-6 cm dengan diameter 2 cm. Kelopak bunga berwarna putih atau hijau keputihan, mahkota bunga berjumlah 5 helai. Bunga akan mekar pada sore hari. Kebanyakan durian bersifat menyerbuk silang (Sarwono, 1995).
            Bentuk buah bundar atau lonjong. Panjang buah dapat mencapai 25 cm dengan diameter 20 cm. warnah kulit buah hijau, kuning hingga kecoklatan, yang dikelilingin dengan duri tajam berbentuk kerucut. Panjang biji dapai mencapai panajang 4 cm yang tertutup oleh daging buah yang halus dan rasa manis, berwarna putih atau kekuningan tergantung jenis durian (Sarwono, 1995).
            Varietas durian yang banyak dibudidayakan dan termasuk durian unggul terdapat 6 jenis yaitu, Petruk, Sukun, Sunan, Si tokong, kani, dan Otong. Sebetulnya tidak mudah mencari kekhasannya setiap durian unggul dari bibit. Tetapi bila dilakukan pengamatan dengan teliliti akan diketahui perbedaan yang mencirikan masing-masing. (Sarwono, 1995).
            Tanaman durian tumbuh optimal dengan produksi buah memuaskan apabila ditanan di daratan rendah dengan ketinggian dibawah 1000 mdpl, curah hujan 1500 mm atau lebih pertahun, dengan keadaan tanah yang gembur, mengadung pasir, dan draniase yang baik (Ashari, 1995). Tanaman durian klsifikasi sebagai berikut:
            Kingdom         : Plante
            Divisio             : Angiospermae
            Sub division    : Spermatophyta
            Classis             : Dicotelodenia
            Ordo                : Malvales
            Familia            : Malvaceae
            Genus              : Durio
            Spesies            : Durio zibethinus
2.2. Perbanyakan Secara Vegetatif
Perbanyakan secara vegetatif dilakukan menggunakan bagian tanaman seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang dan daun sekaligus. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara mencangkok, okulasi, stek dan kultur jaringan. Pembiakan vegetatif tanaman dapat terjadi secara alamiah atau dibuat oleh manusia. Secara alamiah, perkembangan terjadi melalui pembelahan sel, spora, tunas, rhizome, dan geragih. Pembiakan vegetatif buatan dimanfaatkan melalui cara stek, cangkok, okulasi dan sambung. Para petani memanfaatkan pembiakan vegetatif buatan untuk menghasilkan tanaman baru yang cepat berproduksi dengan sifat dan kualitas yang sama dengan induknya.  Namun perbanyakan vegetatif buatan yang dikenal oleh para petani hanya mampu menghasilan tanaman dalam jumlah yang terbatas. Keuntungan pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan tanpa pengubahan dan pembiakan vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan secara generatif. Pada pembiakan vegetatif satu tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat (Hartman & Kester. 1997).
Keuntungan pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan tanpa pengubahan dan pembiakan vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan secara generatif. Pada pembiakan vegetatif satu tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat. Tanaman yang dikembangkan secara vegetatif bersifat melestarikan sifat hasil tanaman induk. Adapun kekurangan dari pembiakan vegetatif adalah merusak tanaman yang berfungsi sebagai tanaman induk, jumlah biji yang diperoleh terbatas, perakaran tanaman hasil biakan vegetatif kurang, dan umur tanaman lebih pendek (Rochiman & Harjadi. 1973).
2.3. Teknik Okulasi Pada Tanaman Durian
2.3.1. Pengertian Okulasi
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, Oculatie (Belanda) atau Budding (Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan stek dan cangkok. Kelebihannya adalah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik dari pada induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakartan yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang bawah. Sedangkan tanaman yang mempunyai buah lezat diambil mata tunasnya untuk ditempelkan pada batang bawah dikenal dengan sebutan batang atas (http://www.mlusmays.multiply.com, 2010).
Untuk membuat bibit durian berupa okulasi atau sambungan (grafting) perlu diperhatikan hal-hal berikut ini.
1. Mempunyai sendiri pohon induk untuk batang bawah dan atas, sehingga tidak dari orang lain.
2. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang cara meng-okulasi dan menyambung.
3. Mempunyai pengetahuan tentang berbagai macam hama dan penyakit serta tentang cara penanggulangannya.
4. Cukup mempunyai alat-alat yang diperlukan, yaitu pisau tempel/pangkas, gunting pangkas, gunting pangkas, dan alat-alat pertanian lainnya.
5. Cukup tersedianya pupuk kandang dan pupuk buatan.
6. Mempunyai pengetahuan tentang tanda-tanda dan menyeleksi semai (seedling) yang baik (vegetatif) untuk batang bawah (Joesoef, 1993).
Tanaman durian merupakan tanaman tahunan (perennial), sehingga dlam perbanyakannya dilakukan secara vegetatif, yaitu penyambungan tanaman. Pedoman pemilihan bibit berkualitas antara lain:
a. Bibit harus bebas dari penyakit sistemik seperti CVPD.
b. Bibit harus bersertifikat atau berlebel oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih.
c. Bi bit harus dari perbanyakan vegetatif dengan penyambungan tanaman (enten dan okulasi), dengan batang bawah pilihan.
d. Tinggi bibit sebaiknya sudah mencapai tinggi 60-80 cm dan mempunyai sistem percabangan yang menyebar.
e. Bibit sehat, pertumbuhan vigor, batang kokoh, daun lebat, berwarna hijau tua, permukaan kulit mulus halus sarta berwarna kecoklatan (Barus dan Syukri, 2008).
Waktu untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit batang bawah maupun batang atas mudah dikelupas dari kulitnya. Saat ini terjadi pada waktu pembelahan sel dalam cambium berlangsung secara aktif (Wudianto, 2001).
1. Batang Bawah untuk Okulasi
Umur batang bawah untuk dapat diokulasi sangat beragam tergantung kepada jenis tanamannnya. Ada yang masih berumur 9 bulan sudah bisa diokulasi, tetapi ada juga lebih dari 4 tahun baru bisa diokulasi. Tetapi yang umum tanaman dapat diokulasi lebih kurang berumur 1 tahun atau cabangnya sudah mencapai sebesar ibu jari (Wudianto, 2001).
Tanaman yang dijadikan sebagai batang bawah harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sistem perakaran harus cukup kuat, serta mampu beradaptasi pada keadaan tanah yang kurang mendukung
2) Berkecepatan tumbuh sesuai dengan batang atas yang digunakan, sehingga dapat hidup bersama secara ideal dan dalam waktu tertentu.
3) Batang dan akar cukup kuat sehingga mampu menahan batang atas terutama pada jenis tanaman berbuah lebat.
4) Tidak mengurangi kuantitas maupun kualitas buah pada tanaman yang berbentuk sebagai hasil sambungan. (Barus dan Syukri, 2008)
Menurut Joesoef (1993), batang bawah mempunyai ciri:
a. Perakaran yang kuat dan dalam serta tahan terhadap penyakit akar dan batang.
b. Pertumbuhan kuat dan sehat serta dapat tumbuh serasi dengan batang ats (compatible).
c. Toleran terhadap penyakit virus Tristeza.
d. Buah dan biji banyak.
2. Batang Atas untuk Okulasi
Batang atas dari bibit okulasi sebenarnya hanya berupa mata dari tanaman yang kita kehendaki. Agar okulasi memuaskan tentu saja mata ini harus diambil dari pohon induk yang subur dan dari cabang yang tidak terserang hama-penyakit. Sebab penyakit dapat ditularkan oleh mata yang ditempelkan. Bentuk mata yang baik adalah bulat dan besar-besar. Mata demikian dapat diperoleh dari cabang yang telah berumur lebih-kurang 1 tahun. Jika cabang yang diambil matanya masih terlalu muda biasanya mata sulit untuk dilepas. Tanda cabang yang memenuhi syarat adalah berwarna hijau kelabu atau kecoklatan (Wudianto, 2001).
Tanaman yang dijadikan batang ats haruslah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1) Berasal dari pohon yang sehat, terutama bebas dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
2) Berasal dari pohon yang sifat-sifatnya sesuai dengan sifat yang diinginkan.
3) Tidak mengurangi kualitas batang bawah, pada tanaman yang terbentuk sebagai hasil sambungan. (Barus dan Syukri, 2008).
Menurut Joesoef (1993), syarat batang atas adalah:
1. Produksi tinggi dan kualitas buah baik.
2. Pohon sehat, terutama bebas dari penyakit virus Tristeza dan CVPD.
3. Umur tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
4. Ranting untuk mata tempel dan sambungan tidak berduri dan tidak ada menunjukkan gejala-gejala kuning atau mutasi.
2.3.2. Tahap Okulasi
1. Persiapan Batang Bawah
Supaya okulasi berhasil dengan baik dicari tanaman yang kulitnya mudah dikupas dari kayunya, yaitu tanaman yang masih aktif dalam pertumbuhannya sel-sel kambium aktif dalam pembelahan diri dan akan segera membentuk jaringan baru bila kulit diambil dari kayunya (Pracaya, 2009).
Bentuk irisan batang bawah bergantung pada cara okulasi yang kita pilih. Misalnya kita melakukan irisan dengan benntuk huruf T. Irisan ini kita buat pada bagian kulit yang halus. Kurang lebih pada batang 20 cm di ats permukaan tanah. Dalam membuat irisan ini kita harus hati-hati, irisan tidak boleh terlalu dalam. Kedalaman yang baik adalah setebal kulit batang. Jika irisan terlalu dalam dan melukai bagian kayunya dapat mengakibatkan kegagalan okulasi (Wudianto, 2001).
2. Pengambilan Mata Tunas
Untuk mata tunas harus diambil dari ranting pohon yang sudah terpilih dan memenuhi beberapa persyaratan. Ranting yang diambil tidak menunjukkan gejala-gejala menguning dan mutasi. Mengambil ranting itu jangan diwaktu siang hari, sebab keadaan ranting waktu itu kurang baik (Joesoef, 1993).
Pengambilan mata tunas dapat dilakukan dengan 3 cara, dengan demikian dapat diperoleh mata tempel yang sesuai dengan cara yang digunakan. Etiga macam bentuk pengambilan mata tunas yaitu segi empat, sayatan, dan bulat. Bentuk segi empat diperoleh dengan mengiris secara horizontal 1,5 cm di atas dan di bawah mata, kemudian unung-ujung irisan kita hubungkan sehingga membentuk segi empat (Wudianto, 2001).
3. Penyisipan Mata Tunas
Langkah ini harus kita lakukan secara hati-hati. Pokok keberhasilan dari okulasi adalah pada saat menyisipkan mata tunas. Mata tunas yang kita peroleh kita sisipkan di bawah kulit batang pokok yang telah diiris. Atau bila menggunakan pisau haji ali bulatan mata tunas ini kita tempelkan tepat pada irisan bulat yang telah kita buat sebelumnya. Dalam penyisipan atau penempelan mata tunas jangan sampai ada kotoran yang menempel pada kambium, karena dapat mengganggu menyatunya penempelan (Wudianto, 2001).
Ranting mata tempel yang berbentuk bulat mempunyai mutu yang lebih baik yang dibandingkan dengan yang bentuknya segitiga dan relatif masih pipih. Untuk mencegah berkembangnya cendawan, perlu dilakukan beberapa perlakuan, yakni: setelah ranting mata tempel diambil dari pohon induk, untuk menghindari penguapan yang berlebihan, daun pada ranting mata tempel perlu dibuang. Selanjutnya, ranting mata tempel perlu dibuang. Selanjutnya ranting mata tempel dicuci dengan air, kemudian direndam dengan klorox 10% selama 1 menit. Selanjutnya dikeringanginkan dan direndam dalam benomil 1% atau benlate selama 1 menit, kemudian dikeringanginkan lagi (jangan lebih 15 menit) (Soelarso, 1996).
4. Pengikatan Tempelan
Adapun pada bibit okulasi, potongan batang bagian bawah merupakan batang hasil persemaian biji. Sementara batang bagian atas berasal dari ’mata tempel’ pohon induk yang tumbuh menyamping. Pada tempat ’mata tempel’, kulitnya masih menampakkan bekas tempelan yang nyata (Setiadi dan Parimin, 2003).
Dalam kondisi tertentu, bila memperoleh ranting mata tempel yang pangkalnya berbentuk bulat tetapi bagian atas/pucuk masih berbentuk segi tiga, maka mate tempel yang terletak pada bagian bawah dapat ditempel dengan okulasi biasa. Sedangkan untuk bagian tengah dan ujungnya dapat digunakan okulasi irisan dan okulasi T (Soelarso, 1996).
Untuk mengikat tempelan kita bisa menggunakan pita plastik polivinil klorida. Ukuran dari pita plastik yang digunakan umumnya panjang 20 cm, lebar 1,5 cm, dan tebalnya 1 mm. Cara mengikat tempelan dari bawah ke atas atau sering disebut dengan sistem genting. Yang perlu diperhatikan dalam pengikatan ini adalah bagian mata tempel jangan diikat terlalu keras sehingga dpat mengakibatkan kerusakan pada mata tempelan. Mata ini bisa saja tidak diikat, tetapi bahayanya bila kena hujan akan membusuk (Wudianto, 2001).
5. Pembukaan Sayatan
Setelah kurang lebih dua minggu dari waktu pengikatan, kini tiba saatnya melakukan pemeriksaan berhasil tidaknya pengokulasian. Ikatan kita buka, lau mata tempelannya dilihat. Apabila warna mata tempelan itu telah menjadi hijau kemerahan atau hitam, ini berarti pengokulasian kita tidak berhasil atau mata tempelannya tidak berhasil. Tetapi jika mata tempelan masih kelihatan hijau segar dan sudah melekat dengan batang pokok, ini pertanda bahwa okulasi kita berhasil (Wudianto, 2001).
Semua pekerjaan tersebut diatas harus dilakukan dalam waktu yang secepat-cepatnya. Sebab jika tidak mata tempel dan batang bawah yang sudah dikelupas kulitnya akan menjadi kering dan tempelan itu akan gagal pula/tidak jadi (Joesoef, 1993).
6. Pemotongan Batang Pokok
Bila telah ada kepastian bahwa mata tempelan sudah hidup, selanjutnya adalah memotong batang pokok. Pemotongan batang pokok ada tiga cara, kita tinggal memilih dari ketiga cara tersebut.
1. Batang pokok langsung dipotong 1 cm diats mata tempelan, dengan bentuk potongan miring ke belakang sehingga air hujan atau air siraman dapat jatuh ke bawah dan tidak akan ”mangkal” pada tempelan mata.
2. Batang pokok dipotong 10 cm diatas mata tempelan. Dengan tujuan agar apabila tunas telah tumbuh tinggi dapat dipergunakan untuk mengikat batang agar dapat tumbuh tegak lurus. Apabila tunas telah tumbuh sampai 30 cm, maka batang pokok ini akan kita potong dangan ketinggian 1 cm diats mata tempelan.
3. Pada pemotongan ketiga tidak dilakukan sekaligus. Kedalaman pemotongn cukup setengah dari diameter batang pokok, kemudian batang pokok direbahkan. (Wudianto, 2001).
Menurut Joesoef (1993). Perlakuan dan pemeliharaan selanjutnya setelah ditempel adalah sebagai berikut
a) Setelah tempelan itu jadi, batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempat penempelan disayat ± 2/3 bagian, kemudian dipatahkan sehingga terkulai (menggantung).
b) Dengan cara demikian tunas akan cepat tumbuh dari mata tempel dan enam bulan setelah ditempel sudah dapat dipindahkan ke dalam keranjang atau 9 bulan sesudah ditempel sudah dapat menjadi bibit berupa stump.
c) Tunas-tunas yang tumbuh dibawah tempelan pada batang bawah dibuang, sehingga tunas dari mata tempel dapat dengan leluasa tumbuh.
d) Tunas dari mata tempel dibiarkan tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang sampai setinggi ± 60 cm.


2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Okulasi
1. Kelebihan Okulasi
Keuntungan-keuntungan pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan tanpa pengubahan pembiakan vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan secara generatif. Karena pada pembiakan vegetatif satu tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat, banyak tanaman yang dikembangkan secara vegetatif dapat melestarikan sifat hasil yang dimiliki oleh tanaman induk.
Keuntungan dari memperbanyak dengan cara okulasi dan sambungan ialah, bahwa kita dapat membuat bibit dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang relatif singkat (Prastowo, 2006).
2. Kelemahan Okulasi
Kekurangan dan kerugian dari pembiakan vegetatif adalah biasanya tanaman yang berfungsi sebagai tanaman induk mudah rusak. Jumlah biji yang diperoleh terbatas, perakaran tanaman hasil biakan vegetatif kurang, dan umur tanaman lebih pendek. (Prastowo, 2006)

  
BAB III
MATERI DAN METODE



3.1. Waktu dan Tempat
Praktek kerja magang ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2014 di Balai Benih (BBI) Pekanbaru Provinsi Riau.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam PKL ini meliputi: pisau okulasi, cangkul, sarung tangan, gunting, plastik pembungkus.
3.2.2. Bahan
Bahan yang di gunakan adalah :
a.       Polybag
b.      Tanah
c.       Bibit Durian
d.      Batang atas tanaman Durian Montong
e.       Batang bawah tanaman Durian
3.3. Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan magang ini adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yaitu melaksanakan kegiatan berupa aspek teknis di lapangan, sedangkan metode tidak  langsung dilakukan dengan melakukan diskusi, dan wawancara dengan karyawan yang ada di Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru.
Metode tidak langsung dilakukan baik saat jam kerja maupun di luar jam kerja. Kegiatan teknis di lapangan meliputi Pelaksanaan okulasi durian, pemeliharaan dan kegiatan lainnya. Kegiatan aspek teknis di lapangan dilakukan dengan terlebih dahulu mendapatkan  instruksi dan arahan dari peembimbing lapang. Seluruh teknis kegiatan magang yang dilakukan berdasarkan prosedur kerja yang diterapkan oleh Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru.

3.4.  Pelaksanaan Magang
3.4.1. Teknik Perbanyakan Tanaman durian secara Okulasi
Okulasi merupakan cara penyambungan satu mata tunas sebagai entres (batang atas) dengan batang bawah pada tanaman sejenis. Bibit okulasi dapat berbuah mulai umur 3 tahun. 
Tahapan-tahap penyiapan bibit okulasi adalah sebagai berikut :
a. Persiapan alat dan bahan
- Bahan tanaman berupa bibit batang bawah berumur 8-12 bulan, mata tunas dari cabang yang tumbuhnya tegak ataupun agak condong, pisau okulasi, gunting, tali pengikat, dan sarana penunjang lainnya.
b. Tata cara pengokulasian
- Dalam pengokulasian ini saya mengokulasi bibit tanaman mangga sebanyak 10 bibit tanaman mangga.
- Batang bawah dibersihkan di lahan persemaian ataupun dalam polybag  dengan menggunakan kain lap.
- Mengiris kulit batang bawah ukuran irisan (sayatan) 3-5 cm. Kulit hasil  irisan dikelupas ke bawah, lalu dipotong dua per tiga bagian.
- Cabang yang mempunyai mata dipilih, kemudian mata disayat dengan  menyertakan sedikit kayunya. Ukuran sayatan entres 2 cm di atas dan di bawah mata mata tunas, lalu kayunya dilepaskan secara hati-hati. Mata entres  ditempelkan pada sayatan batang bawah hingga pas.
- Bidang tempelan (okulasi) diikat dengan tali plastik atau rafia dimulai dari atas ke bawah dengan tidak menutup mata okulasi.
c. Pemeliharaan pasca okulasi
- Pemeriksaan mata okulasi sekitar 10-15  hari sejak pengokulasian. Apabila mata berwarna hijau, berarti penyambungan tersebut berhasil. Sebaliknya, bila mata berwarna coklat dan kering, berarti okulasi gagal.
- Ujung batang bawah dipotong dengan ketinggian 10-20 cm tepat di atas  bidang okulasi apabila tunas entres telah mencapai 20-30 cm.
- Tunas-tunasyang tumbuh di bawah mata (tunas) okulasi dipangkas dengan pisau maupun tangan.

- Bibit okulasi disemaikan ke polybag atau keranjang bambu yang diameternya cukup lebar sesuai dengan ukuran bibit. Sebagian tanah disertakan pada saat pemindahan agar letak akar tidak berubah.
- Bibit dipelihara secara intensif sampai umur 1 tahun atau lebih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates