Social Icons

Selasa, 10 Desember 2013

Pengaruh Jarak Tanam Dan Olah Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis Varietas Master Sweet

I. PENDAHULUAN


1.1. Latar belakang
Sweet corn (Zea mays saccharata Sturt.) dikenal dengan nama jagung manis dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa. Jagung manis mempunyai beberapa kelebihan antara lain rasanya manisdan umur produksinya lebih singkat karena dapat dipanen pada umur 60-70 hari setelah tanam, tergantung varietasnya. Jagung juga termasuk tanaman yang toleranterhadap lingkungan
Produktivitas jagung manis di Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan Negara lainnya terutama Amerika Serikat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiastuti et al., (2001) menunjukkan hasil jagung manis hanya mencapai 4-5 ton/ha, sedangkan penelitian Suroto dan Haryanti (2001) juga menunjukkan hasil jagung manis hanya mencapai 4,9 ton/ha sedangkan lahan pertanaman jagung manis di Indonesia sebagian besar berupa lahan kering, masalah utama penanaman di lahan kering adalah pemenuhan kebutuhan air sepenuhnya tergantung pada curah hujan, kesuburan lahan bervariasi dan adanya erosi yang mengakibatkan penurunan kesuburan lahan (Sarwanto dan Widiyastuti, 2000).
Tanaman jagung manis memiliki rasa manis disebabkan tanaman ini memiliki gen resesif yang berfungsi untuk menghambat proses pembentukan gula menjadi pati. Dengan adanya gen resesif tersebut menyebabkan tanaman jagung manis menjadi 4 - 8 kali lebih manis di bandingkan dengan tanaman jagung pipil. Varietas jagung manis Master Sweet memiliki beberapa keunggulan yaitu tanaman lebih vigorus, kokoh, tahan rebah dengan ukuran tongkol yang besar panjang 20.8 cm, diameter tengah tongkol 5.3 cm, keliling tengah tongkol 17 cm dan jumlah baris tongkol 16 - 18 baris. Berat satu tongkol klobot jagung manis master sweet bisa mencapai 500 g, yang berarti dalam 1 kg berisi 2 tongkol. Tongkol yang besar akan memberikan nilai tambah dan keuntungan yang lebih kepada petani, untuk produk sayuran dan buah daya simpan merupakan salah satu faktor yang penting, semakin bagus daya simpan dan daya tahan varietas terhadap penyimpanan dan jarak, maka varietas tersebut akan semakin laku dan kompetitif di pasaran. Master Sweet memiliki kelebihan pada daya simpan dibandingkan varietas lain yang ada di pasaran seperti Bonanza dan sugar 75, dimana ketika tongkol disimpan selama 1 minggu setelah panen pada suhu ruang klobot dari tongkol master sweet masih kelihatan hijau dan biji lambat kisut sedangkan pada vaietas lain klobot sudah kering menguning dan biji sudah kisut. Kelebihan yang lain dari varietas ini adalah tahan terhadap penyakit karat daun dan lebih tahan terhadap serangan penyakit bulai/downey mildew yang di akibatkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis. Dengan banyaknya keunggulan varietas tersebut layak kiranya vairetas tersebut diberi nama master sweet. Berikut merupakan deskripsi Varietas jagung manis master sweet (Ermanita, 2004).
Salah satu faktor yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung adalah dengan pengaturan jarak tanam. Pengaturan jarak tanam untuk tanaman sangat diperlukan agar setiap individu tanaman dapat memanfaatkan semua faktor lingkungan tumbuhnya dengan optimal, sehingga didapatkan tanaman yang tumbuh dengan subur dan seragam yang akhirnya produksi dapat dicapai secara optimal. Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman, efisiensi penggunaan cahaya, perkembangan hama penyakit dan kompetisi antara tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara. Penentuan jarak tanam jagung dipengaruhi oleh: (a) jenis/varietas jagung yang ditanam, (b) pola tanam, (c) kesuburan tanah, dan (d) bagian tanaman yang akan dipakai sebagai pendekatan ekonomi. Jarak tanam yang tidak teratur akan mengakibatkan terjadinya kompetisi baik terhadap cahaya matahari, air, maupun unsur hara, jarak tanam yang rapat mengakibatkan proses penyerapan unsur hara menjadi kurang efesien, karena kondisi perakaran didalam tanah yang saling bertaut sehingga kompetisi antar tanaman dalam mendapatkan unsur hara menjadi lebih besar. Pengaturan  jarak  tanam pada suatu areal   tanah pertanian merupakan salah satu cara yang berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai. Makin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak tanaman yang tidak berbuah. Harjadi, (2002) mengatakan bahwa jarak tanam juga mempengaruhi persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air  dan unsur  hara, sehingga akan mempengaruhi hasil.
Berbagai  pola  pengaturan  jarak  tanam  telah  dilakukan  guna mendapatkan  produksi yang  optimal.  Penggunaan  jarak  tanam  pada  tanaman  jagung  dipandang  perlu,  karena untuk  mendapatkan  pertumbuhan  tanaman  yang  seragam,  distribusi  unsur  hara  yang merata,  efektivitas  penggunaan  lahan,  memudahkan  pemeliharaan,  menekan  pada perkembangan  hama  dan  penyakit  juga  untuk  mengetahui  berapa  banyak  benih  yang diperlukan pada saat penanaman. Penggunaan  jarak  tanam  yang  terlalu  rapat  antara  daun  sesama  tanaman  saling menutupi akibatnya pertumbuhan tanaman akan  tinggi memanjang karena bersaing dalammendapatkan cahaya sehingga akan menghambat proses fotosentesis dan produksi tanaman tidak optimal. Menurut hasil penelitian Warisno (2002), Penggunaan jarak tanam jagung hibrida sebaiknya 50 x 20 cm dan 50 x 40 cm dengan dua benih per  lubang. Jarak  tanam yang  ideal untuk  tanaman jagung yaitu  50 x 60 cm.
Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan tempat tumbuh bagi tanaman jagung, sehingga perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik. Dengan demikian absorbsi hara oleh tanaman berlangsung secara optimal. Pengolahan tanah diusahakan agar kondisi air tanah dapat terpelihara dengan baik. Pada tanah-tanah bertekstur berat, pengolahan tanah sebaiknya dilakukan intensif untuk mendapatkan drainase dan aerase yang menunjang pertumbuhan tanaman jagung. (Bastari,1988).
Pengolahan tanah untuk jagung harus tepat dan cepat dapat dilakukan karena hujan kadangkala datang lebih awal. Bilamana tidak sempat untuk mengerjakan tanah secara keseluruhan karena waktu tanam mendesak, maka pengerjaan tanah dapat dilakukan hanya pada barisan yang akan ditanami saja sedalam 15 – 20 cm sampai tanah menjadi cukup gembur. Berdasarkan hasil penelitian pada tanah: latosol dan aridosol cara ini memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan pengerjaan tanah yang biasa. (Subandi, dkk. 1988).
Berdasarkan uraian di atas, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Jarak Tanam Dan Olah Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis Varietas Master Sweet

1.2. Tujuan
Adapan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh :
1.    Perbedaan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung Manis.
2.    Sistem pengolahan tanah di lahan gambut terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung Manis.
3.    Interaksi antara jarak tanam dan olah tanah pada pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.

1.3. Manfaat
Adapan manfaat penelitian ini adalah:
1.   Menambah pengetahuan peneliti tentang pengaruh perbedaan jarak tanam dan olah tanah terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis
2.   Sebagai bahan dan pertimbangan bagi petani dalam mengunakan jarak tanam dan olah tanah untuk enanaman jagung manis
3.   Sebagai bahan acuan untuk penelitian sealanjutnya.

1.4. Hipotesis
1.   Jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagungmanis.
2.   Olah tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
3.    Interaksi jarak tanam dan olah tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.

 
II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Jagung

Dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Monocotiledon
Ordo                : Poales
Famili              : Poaceae
Genus              : Zea
Spesies            : Zea mays L. (Subandi, et al., 1988).
Menurut (Goldsworthy dan Fisher, 1992) tanaman jagung berakar serabut terdiri dari akar seminal, akar adventif dan akar udara, mempunyai batang induk, berbentuk selindris terdiri dari sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Sebelumnya (Sudjana, dkk 1991) tinggi batang bervariasi 60-300 cm, tergantung pada varietas dan tempat Selama fase vegetatif bakal daun mulai terbentuk dari kuncup tunas.Setiap daun terdiri dari helaian daun, ligula dan pelepah daun yang erat melekat pada batang.
Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan stigma, Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan organ bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah satu (Idris, et al., 1982).
2.2. Syarat tumbuh
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtopis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 00 – 500  lintang utara hingga 00 – 400 lintang selatan. Jagung dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi yang memiliki ketinggian antara 1.000 – 1.800 meter dpl .Temperatur yang dikehendaki tanaman jagung antara 21 – 300C. Akan tetapi temperatur optimum adalah antara 230C – 270C. Penyinaran matahari juga berperan dalam pembentukan batang menjadi lebih kokoh (AAK, 2007).
2.3. Jarak tanam
Pengaturan jarak tanam tergantung variatas yang digunakan.Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai jika menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat, ada beberapa hal yang harus  diperhatikan, yaitu kesuburun tanah dan jenis jagung. Kerapatan tanaman harus diatur dengan jarak tanam sehingga tidak terjadi persaingan antar tanaman, mudah memeliharanya dan mengurangi biaya persaingan (Tobing dan Tampubolon, 1983).
Varietas yang berbeda umurnya mempunyai optimum populasi yang berbeda pula.Varietas berumur dalam (± 100 hari), composite populasi optimum adalah ±50.000 tanaman/ha, ditanam dengan jarak 75 x 25 dengan satu tanaman perlubang. Varietas berumur tengah (80 – 90 hari) optimum populasi adalah ±70.000 tanaman/ha, ditanam dengan jarak tanam 75 x 20 cm. Varietas berumur genjah (70 – 80 hari) populasi dapat ditingkatkan sampai 100.000 tanaman/ha, bahkan pada tanah yang subur dapat mencapai 200.000 tanaman /ha dengan jarak tanam 75 x 20 atau 75 x 10 (Tobing dan Tampubolon, 1983).
Kerapatan tanaman merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun. Jika kondisi tanaman terlalu rapat dapat mempengaruhi perkembangan vegetatif dan hasil panen akibat menurunnya laju fotosintesa dan menurunnya perkembangan luas daun, oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum (Mayadewi, 2007).
Dalam budidaya tanaman, jarak tanam menentukan kepadatan populasi persatuan luas.Jarak tanam yang terlalu rapat atau tingkat kepadatan populasi yang tinggi dapat mengakibatkan persaingan antar tanaman.Oleh karena itu jarak tanam harus diperhatikan untuk mendapatkan jumlah populasi yang optimum. Ukuran tajuk tanaman yang semakin besar membutuhkan jarak tanam yang semakin renggang untuk mencegah terjadinya overlapping yang akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi terhadap cahaya matahari (Syafruddin dan Saidah, 2006), Dengan demikian, pengaturan jarak tanam untuk memanfatkan radiasi matahari yang optimal sekaligus berperan memperbaiki penutupan kanopi terhadap permukaan tanah diantara barisan tanam, sehingga mengurangi persaingan diantara perakaran gulma dengan perakaran tanaman (Gardner, et al., 1991).
Mayadewi (2007) menyatakan jarak tanam yang terlalu rapat akan memberikan hasil yang relatif kurang, karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimal untuk memperoleh hasil yang maksimal.Hal ini berhubungan dengan kompetisi tanaman untuk mendapatkan unsur hara, air serta efisiensi dalam penggunaan cahaya matahari.
Salah satu faktor penentu produktivitas jagung adalah populasi tanaman yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi tanaman tersebut, viabilitas benih dianjurkan lebih dari 95% karena dalam budidaya tidak diperkenankan melakukan penyulaman tanaman yang tidak tumbuh karena peluangnya untuk tumbuh normal sangat kecil dan biasanya tongkol yang terbentuk tidak berisi biji (Suryana, 2003).

2.4. Olah tanah
Tujuan pengolahan tanah yang paling utama adalah untuk memperbaiki sifat fisik tanah agar sesuai bagi pertumbuhan tanaman, sedangkan menurut Unger dan Mc Calla (1980), bahwa kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara umum ditentukan oleh sifat fisik tanah, antara lain konsentrasi dan struktur tanah yang mampu memberikan cukup ruang pori-pori untuk aerasi dan penyediaan air bagi tanaman. Lebih lanjut, Beare et all (1994), mengatakan bahwa kondisi lahan yang baik tersebut kadang-kadang sudah terpenuhi secara alami dan apabila kondisi belum baik maka dapat dilakukan modifikasi yaitu dengan atau tanpa pengolahan tanah.
Widiatmoko dan Supartoto (2002) menyatakan, bahwa sistim olah tanah sempurna dapat memberikan hasil pada tanaman jagung yang lebih baik dibandingkan dengan sistim lain. Keadaan ini diduga karena tanaman jagung memiliki perakaran yang lebih luas distribusinya.Pengolahan tanah yang baik dan dalammenyebabkan berkurangnya tingkat ketahanan penetrasi tanah.
Berkurangnya penetrasi tanah ini memudahkan akar tanaman menembus tanah, berkembang dan mampu menyerap unsurhara dari dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuipers (1983) bahwa ketahanan penetrasi tanah selain dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, juga dipengaruhi oleh keberadaan air di dalam ruang pori. Dengan adanya air dalam ruang pori, maka gaya matrik tanah dapat dikurangi.
            Pengolahan tanah berfungsi (1) Memperbaiki sturktur tanah,pada tanah berat pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengam alat olah yang mampu merobah tanah tersebut menjadi gembur; (2) Pengelohan tanah dapat juga mendorong pertumbuhan mikro dan hara tanaman; (3) Mencengah hama dalam tanah yang dapat menggnagu pertumbuhan tanamna jagung sesuai dengan kondisi /keadaan tanah; dan (4) Mencengah pertumbuhan gulma yang dapat menggangu pertumbuhan tanaman. Lebih lanjut Widiatmoko dan Supartoto (2002) menyatakan persiapan lahan untuk tanaman jagung dapat dilakukan dengan tiga cara, disebut zero yaitu tanpa olah tanah (TOT) pengolahan tanah minimum,dan pengolahn tanah maksimum (sempurna). Pengolahan penyiapan lahan dapat dikerjakan sebagai berikut : Tanpa olah tanah (TOT) hanya mencangkullah tanah hanya untuk lubang tanam. Sistem TOT dapat dipraktekan pada bekas lahan tebang tebu rakyat intensifikasi (TRI). keuntungan TOT antara lain adalah menekan biaya pengolahan tanah, menekan pertumbuhan gulma, dan memperpendek waktu tanam. Selanjutnya Pengolahan tanah sempurna (maksimum) Tanah yang akan diolah tidak terlalu kering /basah sehingga mudah diolah menjadi gembur dengan cara melakukan pembajakan tanah sebanyak 2 kali dengan kedalaman 12-20 cm, Benamkan gulma dan sisa tanaman,kemudian garulah tanah sampai rata. Biarkan tanah kering angin selama 7-14 hari. Lakukanlah pengolahan tanah paling sedikit 1 minggu sebelum tanam tujuan pengolahan tanah secara sempurna adalah sebagai berikut : (1) Memperbaiki tekstur dan struktur tanah. (2) Memberantas gulma dan hama dalam tanah (3) Memperbaiki aerasi dan drainase tanah. (4) Mendorong aktifitas mikroorganisme tanah, (5) Membuang gas-gas beracun dari dalam tanah. Pengolahan tanah selanjutnya adalah pengolahan tanah minimum (minimum) tahap yang dilakukan dalam pengolahan tanah minuman adalah Terhadap tanah yang peka erosi,mutlak diperlukan usaha-usaha konservasi tanah dan sedikit mungkin dilakukan pengolahan tanah. Bila waktu mendesak, lakukanlah pengolahan tanah hanya pada barisan tanaman saja dengan kedalaman 15-20 cm. pengolahan tanah biasanya dilakukan pada awal musim kemarau,yaitu diperkirakan ± 15 hari sebelum tanam.


III. BAHAN DAN METODE


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dilahan pertanian Fakultas Pertanian dan peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan Pekanbaru. Penelitian akan dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai dari bulan September 2013 sampai dengan November  2013.

3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :  Benih Jagung Manis varietas Master Sweet, Urea, KCl, Kapur ( jika diperlukan)
Alat yang digunakan adalah  meteran, cangkul, ember, parang, gembor dan alat tulis.
3.3. Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor I adalah jarak tanam yang terdiri atas 2 taraf yaitu J1 = 50 x 20 cm, J2 = 50 x 40 cm, Faktor II adalah Olah tanah (D) yang terdiri atas 3 taraf yaitu  D0 = Tanpa olah tanah, D1 = Olah tanah minimum, D2 = Olah tanah maksimum.
Dari ketiga faktor tersebut diperoleh 6 kombinasi perlakuan dengan 3 kali pengulangan sehingga akan diperoleh 18 unit percobaan.
Tabel 3.1. Kombinasi Perlakuan
                                                                              
Perlakuan                    D0                             D1                                D2
J1                                J1D0                            J1D1                             J1D2
J2                                J2D0                            J2D1                            J2D2

3.4. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa tahap kegiatan mulai dari persiapan lahan, pengapuran (Jika diperlukan), penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pemanenan, dan pengamatan.
3.4.1. Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah lahan yang datar, dekat dengan sumber air dan tidak terlindungi oleh sinar matahari.Tahapan pertama yang dilakukan adalah pembersihan lahan dari tanaman-tanaman liar (gulma), kayu-kayu dan batuan yang ada disekitar lahan. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan parang. Tahapan selanjutnya adalah pengolahan tanah. Di sesuaikan dengan perlakuan percobaan. Pembuatan petak D2, Pengolahan tanah sempurna (maksimum) Tanah yang akan diolah tidak terlalu kering /basah sehingga mudah diolah menjadi gembur dengan cara melakukan pembajakan tanah sebanyak 2 kali dengan kedalaman 12-20 cm, Benamkan gulma dan sisa tanaman, kemudian garulah tanah sampai rata.  petak D1, pengolahan tanah minimum (minimum) tahap yang dilakukan dalam pengolahan tanah minuman adalah Terhadap tanah yang peka erosi, mutlak diperlukan usaha-usaha konservasi tanah dan sedikit mungkin dilakukan pengolahan tanah. Bila waktu mendesak, lakukanlah pengolahan tanah hanya pada barisan tanaman saja dengan kedalaman 15-20 cm.  dan petak D0, yang pada tanpa olah tanah hanya di bersikan di permukaan tanah. Petak penelitian dibuat dengan ukuran 2 x 2 m dengan jarak antar petak 50 cm dan jarak antar ulangan 60 cm.

3.4.2. Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk menetralkan tingkat keasaman tanah.Tanah yang digunakan diukur terlebih dahulu pH tanahnya dengan menggunakan soil tester. Apabila pH tanah rendah, maka ditambahkan dolomit. Dosis dolomit yang diberikan disesuaikan dengan pH tanahnya. Dolomit diberikan kedalam tanah dengan cara ditaburkan pada lahan yang telah diolah dan begitu juga pada lahan yang tidak diolah. Selanjutnya tanah yang telah diberikan kapur diaduk sampai rata dengan cangkul pada setiap plot. Kemudian dibiarkan selama dua minggu.

3.4.3. Pemupukan
            Pemupukan dilakukan 2 tahap.Tahap pertama, pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam, pupuk yang diberikan adalah pupuk Urea dengan dosis 90 g/petak. Pada tahap kedua, pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 4 minggu setelah tanam (MST), pupuk yang diberikan adalah pupuk Urea dengan dosis 90 g/petak, dan KCl dengan dosis 45 g/petak, Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Pemberian Pupuk diberikan secara larikan di kanan kiri lubang tanam dengan jarak ± 5 cm dan kedalaman ± 5 cm.

3.4.4. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menggunakan alat tugal yang ujungnya berdiameter 3 cm. Lubang tanam ditugal dengan kedalaman 3 – 5 cm, dan tiap lubang berisi 2 tanaman per lubang, jika tanaman sudah tumbuh maka salah satu tanaman dibunuh. Penanaman dilakukan sesuai dengan pengaturan jarak tanam yaitu 50 x 20 cm dan 50 x 40 cm. Jumlah tanaman pada jarak tanam 50 x 20 cm adalah 40 tanaman/petak dan untuk jarak tanam 50 x 40 cm adalah 20 tanaman/petak (Lampiran 4).
3.4.5. Pemeliharaan
Tanaman memerlukan perawatan atau pemeliharaan yang baik agar tanaman tumbuh dengan normal. Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan dan juga pengendalian hama dan penyakit.
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor, apabila hujan tidak perlu melakukan penyiraman lagi.
b. Penyulaman
                  Penyulaman dilakukan jika ada tanaman belum ada yang tumbuh pada umur 1 minggu.



c. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma) agar pertumbuhan lebih optimal.Penyiangan dilakukan pada saat gulma ada.

d. Pengendalian Hama dan Penyakit
            Sebelum terjadinya serangan hama dan penyakit pada tanaman jagung tersebut maka dapat dilaksanakan langkah-langkah pencegahan dengan cara :
a. Penggunaan varietas bibit yang resisten
b. Penggunaan teknik-teknik agronomi
c. Penggunaan desinfektan pada benih yang akan ditanam
d. Pemeliharaan dan pemanfaatan musuh-musuh alami
            Langkah terakhir pemberantasan hama penyakit tanaman dilakukan dengan penggunaan bahan-bahan pestisida apabila tingkat serangan sudah mencapai pada ambang ekonomi.

3.4.6. Panen
Tanaman jagung manis dapat dipanen jika berumur 68 hari untuk dataran rendah, 75 hari dataran menegah, dan 94 hari dataran tinggi.
Ciri jagung dapat dipanen: Kelobot (bungkus janggel jagung) berwarna cokelat muda dan kering serta bijinya mengkilat.
3.5. Pengambilan Tanaman Contoh
Pengambilan tanaman contoh dilakukan dengan cara acak sederhana, cara pengambilan contoh tanaman dimana tiap unsur yg membentuk populasi diberi kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi contoh tanaman. Dalam penelitian ini jumlah tanaman contohnya yang diambil setiap petak adalah 6 tanaman contoh.
3.6. Parameter Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian adalah:
1.      Tinggi tanaman (cm).
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai daun yang tertinggi setelah diluruskan.Pengukuran dilakukan setiap 2 minggu sekali mulai 2 minggu sesudah tanam sampai panen.
2.      Jumlah daun (helai).
Jumlah daun dihitung terhadap daun yang telah membuka sempurna.Penghitungan pertama dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan penghitungan dua minggu sekali sampai panen.
3.      Umur berbunga.
Umur berbunga ditetapkan apabila 75% populasi tanaman telah mengeluarkan bunga jantan.
4.      Umur panen (hari).
Pengamatan umur panen dilakukan pada saat dilakukannya pemanenan pada setiap tanaman.
5.      Panjang tongkol (cm)/tanaman contoh.
Panjang tongkol diukur mulai dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol dengan menggunakan mistar, setelah kelobot dikupas.
6.      Berat tongkol/tanaman contoh (g).
Penimbangan dilakukan setelah jagung dipanen, kelobot dikupas dan ditimbang setiap tanaman contoh.
7.      Berat tongkol/petak (g).
Penimbangan dilakukan setelah jagung dipanen secara keseluruhan dan ditimbang setiap petak kecuali tanaman pinggir.
8.      Berat kering tajuk/tanaman contoh (g).
Penimbangan berat kering tajuk jagung dilakukan setelah panen dan di oven sampai berat konstan.
9.      Berat kering akar/tanaman contoh (g).
Penimbangan berat kering akar tanaman jagung dilakukan setelah panen.


3.7. Analisis Data
Model RAK 2 faktorial menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) adalah:
Y ijk= µ+þk+αi+βj+(αβ)ij+εijk
Yakni  :                                                     
Yijk     : Hasil pengamatan pada faktor A pada taraf ke-I dan faktor B pada taraf ke-j dan pada ulangan ke-k
µ          : Nilai tengah
þk        : Pengaruh kelompok pada taraf ke-k
αi         : Pengaruh faktor A pada taraf ke-i
βj         : Pengaruh faktor B pada taraf ke-j                                                                     
(αβ)     : Pengaruh interaksi dari faktor A pada taraf ke-I dan faktor B pada taraf   ke j
εijk      : Pengaruh galat dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor B pada taraf ke-j  pada ulangan ke-k.
Data hasil pengamatan dari masing-masing perlakuan diolah secara statistik dengan menggunakan Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Model Rancangan Acak Kelompok menurut Mattjik dan Sumertajaya adalah seperti pada Tabel 1. Uji lanjutan akan dilakukan dengan Duncans New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
Tabel 3.2. Sidik Ragam
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
F Tabel

(SK)
(DB)
(JK)
(KT)
0,05
0,01
Kelompok
r-1
JKK
KTK
KTK/KTG
-
-
Pelakuan
ai-1
JKP
KTP
KTP/KTG
-
-
A
a-1
JKA
KTA
KTA/KTG
-
-
I
i-1
JKI
KTI
KTI/KTG
-
-
AxI
(a-1) (i-1)
JK (AI)
KT (AI)
KT (AI)/KTG
-
-
Galat
(ai-1) (r-1)
JKG
KTG
-
-
-
Total
r a i – 1
JKT
-
-
    -            -












Faktor Koreksi (FK) = Jumlah Kuadrat Total (JKT) =  - FK
Jumlah Kuadrat  Faktor A (JKA) = ∑ – FK
Jumlah Kuadrat Faktor (JKI) = ∑  – FK
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = ∑  - FK
Jumlah Kuadrat Kelompok (JKK) = ∑  – FK
Jumlah Kuadrat Interaksi Faktor A dan I {JK (AI)} = JKP – JKA – JKI
Jumlah Kuadrat Galat = JKT – JKP – JKK

3.8. Rencana Anggaran Biaya
Biaya yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Rencana Anggaran Biaya 

No
Bahan/ Alat
Volume
Satuan
Harga satuan (Rp)
Biaya(Rp)
1
Benih jagung manis
3
Kg
80.000
240.000
2
Pupuk Kandang
20
Kg
15.000
30.000
3
Urea
2
Kg
10.000
20.000
4
KCl
Meteran
Cangkul
Ember
Parang
Gembor
Foto copy dan Jilid
Biaya Pemeliharaan
Biaya Panen
Peminjaman Alat
1
1
1
2
1
1
10
Kg
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Paket
10.000
25.000
70.000
15.000
85.000
45.000
35.000
10.000
25.000
70.000
30.000
85.000
45.000
350.000
200.00
150.00
200.000
5
6
7
8
9
10
11
13
14





Total Biaya   


1.355.000
Total biaya yang dibutuhkan adalah  “Satu Juta tiga ratus enam puluh lima ribu Rupiah.”

3.9. Jadwal Agenda Kegiatan Penelitian
        Penelitian dilaksanakan dengan jadwal yang tertera pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Jadwal Kegiatan Penelitian
No
Kegiatan
Jul
Sept
Okt
Nove
Des
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

  1.
Pembuatan proposal





















  2.
Seminar proposal





















  3.
Persiapan lahan





















  4.
Pengapuran





















  5.
Persiapan benih





















  6.
Pengaturan jarak tanam, olah tanah  dan penanaman





















  7.
Pemupukan





















  8.
Pemeliharaan





















  9.
Pengamatan





















10.
Panen





















11.
Analisis data















































DAFTAR PUSTAKA



AAK. 2007. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius.139 hal.
Sarwanto, A. T. dan Widiyastuti E.. 2000. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.  
Anggita, T. 2007. Pengaruh Pemberian Super Dolomit dan Unsur Fosfor (P) Terhadap Pertumbuhan dan Peroduksi jagung.Skiripsi Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.24 Hal.
Bastari, T. 1988. Program Pengembangan Jagung di Indonesia. Pusat dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor.
Beare, M. H., Hendrix, P. F. and Coleman, D.C. 1994. Water-stable Aggregates and organic matter Fractions in Conventional-and no Tillage Soils. Soil Sci. Soc. Am.J. 58:787-795
Budiastuti, M.S., D. Suroto, dan S. Haryanti. 2001. Penggunaan Glifosat dan Macam Olah Tanah pada Pertanaman Jagung Manis. Konferensi Nasional XV HIGI di Surakarta 17-19 Juli 2001 : 417-422.
Budiastuti, S. 2006. Penggunaan Triakontanol dan Jarak Tanam pada Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.).Skiripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 12 Hal.
Ermanita, y. Bey, dan firdaus. 2004. Pertumbuhan Vegetatif Dua Varietas Jagung pada Tanah Gambut yang diberi Limbah Pulp & Paper. Jurnal Biogenesis. 1(1):1-8, 2004.
Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman   Budidaya. Universitas Indonesia (UI) Press, Jakarta.
Goldsworthy, P.R. dan Fisher, N.M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Idris, M., Mohammad dan Normah, 1982. Tanaman Bijian. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia, Kuala Lumpur. Hal : 111-113
Kuipers, H .dan L. Kowenhopn. 1983. Pengolahan Tanah  ; Aplikasi Pengukuran Lapangan. Agricultural University Wageningen – Brawijaya University, Malang.
Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius.Yogyakarta.92 hal.
Mattjik, A. A. dan I. M. Sumertajaya.2006. Perancangan Percobaan denganAplikasi SAS dan Minitab.IPB Press. Bogor. 276 hal.
Mawazin dan Hendi S. 2008. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Diameter. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.
Mayadewi, N. N. A. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Jurusan Budidaya Pertanian.Jurnal Bidang Ilmu Pertanian Vol 26 (4) : 153 – 159.
Mulyadi, Q., Dadang., A. Pramono, 2007. Pengaruh Residu Bahan Organik dan Olah Tanah Terhadap Hasil Kedelai Setelah Padi Walik Jerami Sawah Tadah Hujan. karya Penelitian Pencemaran Lingkungan Pertanian dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Hal: 312-319.
Salisbusry, F.B. dan C.W. Ross, 1992. Fisiologi Tumbuhan, Jilid II. ITB Bandung. 110.Hal.
Simamora, T. J. L. 2006. Pengaruh Waktu Penyiangan Dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. 92. Hal
Sitompul, S. M. dan B. Guritno., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 171.Hal.
Subandi, M. Syam, dan A. Widjono. 1988.  Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 422 hal.
Surtikanti. 2007. Hama Utama Pada Varietas Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt) Dan Perkembangannya. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel. Hal : 65-69
Suryana, A. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. BPFE, Yogyakarta
Sutrisno. 2004. Studi Dosis Pupuk dan Jarak Tanam.Laporan Penelitian. Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati. 30 hal.
Supriono, 2006. Pengaruh Dosis Urea Tablet dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Kultivar Sindoro. Skiripsi Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.110. hal.
Syafruddin dan Saidah. 2006. Produktivitas jagung dengan pengaturan jarak ta-nam dan penjarangan tanaman padalahan kering di Lembah Palu. Jurnal Penelitian Pertanian, 25(2): 129−134.
Thamrin dan Bastari. 1988. Program Pengembangan Jagung di Indonesia. Pusat dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor.
Tobing, M. P. L. dan B. P. Tampubolon, 1983.Bercocok tanama pangan/ Salae. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. 145 hal.

Tollenaar, M., A. A Dibo., A. Aquilera., S.F. Weise, and C.J. Swanton, 1994.Effect of Weed Interference and Soil Nitrogen on Four Maize Hybrids. Agron.J. 86: 596-601.
Unger, P.W. and Mc Calla, T.M. 1980. Conservation Tillage Systems.Adv. In Agron., 33:2-57
Warsana.  2007.    Analisis  Efisiensi  dan  Keuntungan  Usahatani  Jagung  (Studi  di Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora). Tesis Progranm  Studi Magister  Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro. Semarang.
Widiatmoko, T., dan Supartoto. 2002. Penerapan Teknologi Tanpa Olah Tanah(TOT) dalam Upaya Pengendalian Gulma Pada Sistem Tumpangsari Jagung/Kedelai. Jurnal Agrin. Fakultas Pertanian Unsoed. Purwokerto. 5 (11): 38-44
Zamriyetti, 2005. Pengaruh Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung Semi (Baby Corn)/ The Effect Of Henhouse Fertilizer On Growth And Yield Of Several Varieties Baby Corn. Jurnal Bidang Ilmu Pertanian. Unpad. Vol 3 : 93 – 101.


Lampiran 1: Deskripsi Jagung manis Master Sweet
Nama varietas
Jagung Manis Master Sweet
Jenis
Hibrida silang tunggal
Golongan varietas
Hibrida silang tunggal
Umur 50 % anther terbuka
49/ 55 / 61 hari (dat. rendah/ Menengah/ tinggi)
Umur 50% keluar rambut
51/ 57 / 63 hari (dat. rendah/ Menengah/ tinggi)
Umur mulai panen
68/ 75 / 94 hari (dat. rendah/ menengah/tinggi)
Batang
Hijau, kokoh, bulat
Warna batang
Hijau
Tinggi tanaman
203 cm
Tinggi tongkol
98 cm
Daun
Lebar, Tegak
Warna daun
Hijau
Keragaman tanaman
Seragam
Bentuk malai (tassel)
Semi tegak
Warna sekam (glume)
Kuning kehijauan
Warna malai (anther)
Kuning
Warna rambut
Kuning
Penutupan tongkol
Baik
Bentuk tongkol
Silindris
Tipe biji
Sweet corn (Shrunken)
Warna biji
Kuning
Jumlah baris biji
16 – 18 baris
Perakaran
Baik
Kerebahan
Tahan
Potensi hasil
17.8 ton/ha
Rata-rata hasil
12.1 ton/ha
Berat 1000 biji
± 148.1 gram (biji kering)
Kadar gula
13.3 % brix
Panjang tongkol
20.8 cm
Diameter tengah tongkol
5.3 cm
Keliling tengah tongkol
17 cm
Jumlah biji per baris
43.9 biji
Berat/tongkol (glondong)
499 gr
Berat/tongkol (kupasan)
339 gr
Ketahanan penyakit
Toleran penyakit hawar daun (Helminthosporium turcicum),tahan penyakit karat daun (Puccinia sorghi), dan Tahanbulai (Peronosclerospora maydis)
Keterangan
Tahan simpan, beradaptasi dengan baik di dataran
rendah,menengah maupun tinggi
Daerah pengembangan
Indonesia /Tropis
Sumber: * Staff RND PT BISI International, Tbk. Azis Rifianto20:13Agribis2010

 Lampiran 3 : Dosis Dolomit Untuk Menetralkan Tanah Asam

pH Tanah

Dosis Dolomit (ton/ha)

pH Tanah

Dosis Dolomit (ton/ha)
4,0
10,24
5,1
5,02
4,1
9,76
5,2
4,54
4,2
9,26
5,3
4,08
4,3
8,82
5,4
3,60
4,4
8,34
5,5
3,12
4,5
7,84
5,6
2,65
4,6
7,39
5,7
2,17
4,7
6,91
5,8
1,6
4,8
6,45
5,9
1,23
4,9
5,98
6,0
0,75
5,0
5,49
-
-
Sumber : Redaksi Agromedia (2007)














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates