I. PENDAHULUAN
Sweet corn (Zea mays saccharata Sturt.)
dikenal dengan nama jagung manis dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa
yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa. Jagung manis mempunyai
beberapa kelebihan antara lain rasanya manisdan umur produksinya lebih singkat
karena dapat dipanen pada umur 60-70 hari setelah tanam, tergantung
varietasnya. Jagung juga termasuk tanaman yang toleranterhadap lingkungan
Produktivitas jagung manis di Indonesia masih rendah
bila dibandingkan dengan Negara lainnya terutama Amerika Serikat. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Budiastuti et al., (2001) menunjukkan
hasil jagung manis hanya mencapai 4-5 ton/ha, sedangkan penelitian Suroto dan
Haryanti (2001) juga menunjukkan hasil jagung manis hanya mencapai 4,9 ton/ha
sedangkan lahan pertanaman jagung manis di Indonesia sebagian besar berupa
lahan kering, masalah utama penanaman di lahan kering adalah pemenuhan
kebutuhan air sepenuhnya tergantung pada curah hujan, kesuburan lahan
bervariasi dan adanya erosi yang mengakibatkan penurunan kesuburan lahan
(Sarwanto dan Widiyastuti, 2000).
Tanaman jagung manis memiliki rasa manis disebabkan tanaman ini
memiliki gen resesif yang berfungsi untuk menghambat proses pembentukan gula
menjadi pati. Dengan adanya gen resesif tersebut menyebabkan tanaman jagung
manis menjadi 4 - 8 kali lebih manis di bandingkan dengan tanaman jagung pipil.
Varietas jagung manis Master Sweet memiliki beberapa keunggulan yaitu tanaman
lebih vigorus, kokoh, tahan rebah dengan ukuran tongkol yang besar panjang 20.8
cm, diameter tengah tongkol 5.3 cm, keliling tengah tongkol 17 cm dan jumlah
baris tongkol 16 - 18 baris. Berat satu tongkol klobot jagung manis master
sweet bisa mencapai 500 g, yang berarti dalam 1 kg berisi 2 tongkol. Tongkol
yang besar akan memberikan nilai tambah dan keuntungan yang lebih kepada
petani, untuk produk sayuran dan buah daya simpan merupakan salah satu faktor
yang penting, semakin bagus daya simpan dan daya tahan varietas terhadap
penyimpanan dan jarak, maka varietas tersebut akan semakin laku dan kompetitif
di pasaran. Master Sweet memiliki kelebihan pada daya simpan dibandingkan
varietas lain yang ada di pasaran seperti Bonanza dan sugar 75, dimana ketika
tongkol disimpan selama 1 minggu setelah panen pada suhu ruang klobot dari
tongkol master sweet masih kelihatan hijau dan biji lambat kisut sedangkan pada
vaietas lain klobot sudah kering menguning dan biji sudah kisut. Kelebihan yang
lain dari varietas ini adalah tahan terhadap penyakit karat daun dan lebih
tahan terhadap serangan penyakit bulai/downey mildew yang di akibatkan oleh
cendawan Peronosclerospora maydis.
Dengan banyaknya keunggulan varietas tersebut layak kiranya vairetas tersebut
diberi nama master sweet. Berikut merupakan deskripsi Varietas jagung manis master
sweet (Ermanita, 2004).
Salah satu faktor yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan produksi jagung adalah dengan pengaturan jarak tanam. Pengaturan jarak tanam untuk tanaman sangat diperlukan agar setiap
individu tanaman dapat memanfaatkan semua faktor lingkungan tumbuhnya dengan
optimal, sehingga didapatkan tanaman yang tumbuh dengan subur dan seragam yang akhirnya produksi
dapat dicapai secara optimal.
Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman, efisiensi penggunaan cahaya,
perkembangan hama penyakit dan kompetisi antara tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara. Penentuan
jarak tanam jagung dipengaruhi oleh: (a) jenis/varietas jagung yang ditanam,
(b) pola tanam, (c) kesuburan tanah, dan (d) bagian tanaman yang akan
dipakai sebagai pendekatan ekonomi. Jarak tanam yang tidak teratur akan
mengakibatkan terjadinya kompetisi baik terhadap cahaya matahari, air, maupun
unsur hara, jarak tanam yang rapat mengakibatkan proses penyerapan unsur hara
menjadi kurang efesien, karena kondisi perakaran didalam tanah yang saling
bertaut sehingga kompetisi antar tanaman dalam mendapatkan unsur hara menjadi
lebih besar. Pengaturan jarak tanam pada suatu areal tanah pertanian merupakan salah satu cara
yang berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai. Makin rapat jarak tanam
menyebabkan lebih banyak tanaman yang tidak berbuah. Harjadi, (2002) mengatakan
bahwa jarak tanam juga mempengaruhi persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur
hara, sehingga akan mempengaruhi hasil.
Berbagai pola
pengaturan jarak tanam
telah dilakukan guna mendapatkan produksi yang
optimal. Penggunaan jarak
tanam pada tanaman
jagung dipandang perlu,
karena untuk mendapatkan pertumbuhan
tanaman yang seragam,
distribusi unsur hara
yang merata, efektivitas penggunaan
lahan, memudahkan pemeliharaan,
menekan pada perkembangan hama
dan penyakit juga
untuk mengetahui berapa
banyak benih yang diperlukan pada saat penanaman. Penggunaan jarak
tanam yang terlalu
rapat antara daun
sesama tanaman saling menutupi akibatnya pertumbuhan tanaman
akan tinggi memanjang karena bersaing
dalammendapatkan cahaya sehingga akan menghambat proses fotosentesis dan
produksi tanaman tidak optimal. Menurut hasil penelitian Warisno (2002),
Penggunaan jarak tanam jagung hibrida sebaiknya 50 x 20 cm dan 50 x 40 cm
dengan dua benih per lubang. Jarak tanam yang
ideal untuk tanaman jagung
yaitu 50 x 60 cm.
Pengolahan
tanah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan tempat tumbuh bagi
tanaman jagung, sehingga perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik. Dengan
demikian absorbsi hara oleh tanaman berlangsung secara optimal. Pengolahan
tanah diusahakan agar kondisi air tanah dapat terpelihara dengan baik. Pada
tanah-tanah bertekstur berat, pengolahan tanah sebaiknya dilakukan intensif
untuk mendapatkan drainase dan aerase yang menunjang pertumbuhan tanaman jagung.
(Bastari,1988).
Pengolahan tanah untuk
jagung harus tepat dan cepat dapat dilakukan karena hujan kadangkala datang
lebih awal. Bilamana tidak sempat untuk mengerjakan tanah secara keseluruhan
karena waktu tanam mendesak, maka pengerjaan tanah dapat dilakukan hanya pada
barisan yang akan ditanami saja sedalam 15 – 20 cm sampai tanah menjadi cukup
gembur. Berdasarkan hasil penelitian pada tanah: latosol dan aridosol cara ini
memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan pengerjaan tanah yang biasa. (Subandi, dkk.
1988).
Berdasarkan uraian di atas, penulis sangat tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Jarak Tanam
Dan Olah Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis Varietas Master Sweet”
1.2.
Tujuan
Adapan
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh :
1. Perbedaan
jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung Manis.
2. Sistem
pengolahan tanah di lahan gambut terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
Manis.
3. Interaksi
antara jarak tanam dan olah tanah pada pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
manis.
1.3.
Manfaat
Adapan manfaat penelitian ini adalah:
1. Menambah
pengetahuan peneliti tentang pengaruh perbedaan jarak tanam dan olah tanah
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis
2. Sebagai
bahan dan pertimbangan bagi petani dalam mengunakan jarak tanam dan olah tanah
untuk enanaman jagung manis
3. Sebagai
bahan acuan untuk penelitian sealanjutnya.
1.4.
Hipotesis
1.
Jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagungmanis.
2.
Olah tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
3.
Interaksi
jarak tanam
dan olah tanah berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani dan Morfologi Tanaman
Jagung
Dalam
sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotiledon
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L. (Subandi,
et al., 1988).
Menurut (Goldsworthy dan
Fisher, 1992) tanaman jagung berakar serabut terdiri dari akar seminal, akar
adventif dan akar udara, mempunyai batang induk, berbentuk selindris terdiri
dari sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang
menjadi tongkol. Sebelumnya (Sudjana, dkk 1991) tinggi batang bervariasi 60-300
cm, tergantung pada varietas dan tempat Selama fase vegetatif bakal daun mulai
terbentuk dari kuncup tunas.Setiap daun terdiri dari helaian daun, ligula dan
pelepah daun yang erat melekat pada batang.
Bunga
jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan
mengeluarkan stil dan stigma, Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena
struktur bunganya tidak mempunyai petal dan sepal dimana
organ bunga jantan (staminate)
dan organ bunga betina (pestilate)
tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah satu (Idris, et al., 1982).
2.2.
Syarat tumbuh
Iklim yang dikehendaki
oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga
daerah beriklim subtopis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang
terletak antara 00 – 500 lintang utara hingga 00 – 400 lintang
selatan. Jagung dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi
yang memiliki ketinggian antara 1.000 – 1.800 meter dpl .Temperatur yang
dikehendaki tanaman jagung antara 21 – 300C. Akan tetapi temperatur
optimum adalah antara 230C – 270C. Penyinaran matahari
juga berperan dalam pembentukan batang menjadi lebih kokoh (AAK, 2007).
2.3. Jarak tanam
Pengaturan
jarak tanam tergantung variatas yang digunakan.Jumlah populasi tanaman per
hektar merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Produksi
maksimal dicapai jika menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin tinggi
tingkat kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat
persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Untuk
mendapatkan jarak tanam yang tepat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu kesuburun tanah dan jenis
jagung. Kerapatan tanaman harus diatur dengan jarak tanam sehingga tidak
terjadi persaingan antar tanaman, mudah memeliharanya dan mengurangi biaya
persaingan (Tobing dan Tampubolon, 1983).
Varietas
yang berbeda umurnya mempunyai optimum populasi yang berbeda pula.Varietas
berumur dalam (± 100 hari), composite populasi optimum adalah ±50.000
tanaman/ha, ditanam dengan jarak 75 x 25 dengan satu tanaman perlubang. Varietas
berumur tengah (80 – 90 hari) optimum populasi adalah ±70.000 tanaman/ha,
ditanam dengan jarak tanam 75 x 20 cm. Varietas berumur genjah (70 – 80 hari)
populasi dapat ditingkatkan sampai 100.000 tanaman/ha, bahkan pada tanah yang
subur dapat mencapai 200.000 tanaman /ha dengan jarak tanam 75 x 20 atau 75 x 10
(Tobing dan Tampubolon, 1983).
Kerapatan
tanaman merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena
penyerapan energi matahari oleh permukaan daun. Jika kondisi tanaman terlalu
rapat dapat mempengaruhi perkembangan vegetatif dan hasil panen akibat
menurunnya laju fotosintesa dan menurunnya perkembangan luas daun, oleh karena
itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum (Mayadewi,
2007).
Dalam
budidaya tanaman, jarak tanam menentukan kepadatan populasi persatuan
luas.Jarak tanam yang terlalu rapat atau tingkat kepadatan populasi yang tinggi
dapat mengakibatkan persaingan antar tanaman.Oleh karena itu jarak tanam harus
diperhatikan untuk mendapatkan jumlah populasi yang optimum. Ukuran tajuk
tanaman yang semakin besar membutuhkan jarak tanam yang semakin renggang untuk
mencegah terjadinya overlapping yang akhirnya dapat mengakibatkan
terjadinya kompetisi terhadap cahaya matahari (Syafruddin dan Saidah, 2006),
Dengan demikian, pengaturan jarak tanam untuk memanfatkan radiasi matahari yang
optimal sekaligus berperan memperbaiki penutupan kanopi terhadap permukaan
tanah diantara barisan tanam, sehingga mengurangi persaingan diantara perakaran
gulma dengan perakaran tanaman (Gardner, et al., 1991).
Mayadewi
(2007) menyatakan jarak tanam yang terlalu rapat akan memberikan hasil yang
relatif kurang, karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena
itu dibutuhkan jarak tanam yang optimal untuk memperoleh hasil yang
maksimal.Hal ini berhubungan dengan kompetisi tanaman untuk mendapatkan unsur
hara, air serta efisiensi dalam penggunaan cahaya matahari.
Salah satu faktor penentu produktivitas jagung adalah
populasi tanaman yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk
memenuhi populasi tanaman tersebut, viabilitas benih dianjurkan lebih dari 95%
karena dalam budidaya tidak diperkenankan melakukan penyulaman tanaman yang
tidak tumbuh karena peluangnya untuk tumbuh normal sangat kecil dan biasanya
tongkol yang terbentuk tidak berisi biji (Suryana, 2003).
2.4. Olah tanah
Tujuan pengolahan tanah yang paling utama adalah untuk
memperbaiki sifat fisik tanah agar sesuai bagi pertumbuhan tanaman, sedangkan
menurut Unger dan Mc Calla (1980), bahwa kondisi tanah yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara umum ditentukan oleh sifat fisik
tanah, antara lain konsentrasi dan struktur tanah yang mampu memberikan cukup
ruang pori-pori untuk aerasi dan penyediaan air bagi tanaman. Lebih lanjut,
Beare et all (1994), mengatakan bahwa kondisi lahan yang baik tersebut
kadang-kadang sudah terpenuhi secara alami dan apabila kondisi belum baik maka
dapat dilakukan modifikasi yaitu dengan atau tanpa pengolahan tanah.
Widiatmoko dan Supartoto (2002) menyatakan, bahwa sistim
olah tanah sempurna dapat memberikan hasil pada tanaman jagung yang lebih baik
dibandingkan dengan sistim lain. Keadaan ini diduga karena tanaman jagung
memiliki perakaran yang lebih luas distribusinya.Pengolahan tanah yang baik dan
dalammenyebabkan berkurangnya tingkat ketahanan penetrasi tanah.
Berkurangnya penetrasi tanah ini memudahkan akar tanaman
menembus tanah, berkembang dan mampu menyerap unsurhara dari dalam tanah. Hal
ini sesuai dengan pendapat Kuipers (1983) bahwa ketahanan penetrasi tanah
selain dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, juga dipengaruhi oleh
keberadaan air di dalam ruang pori. Dengan adanya air dalam ruang pori, maka
gaya matrik tanah dapat dikurangi.
Pengolahan tanah
berfungsi (1) Memperbaiki sturktur tanah,pada tanah
berat pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengam alat olah yang mampu merobah
tanah tersebut menjadi gembur; (2) Pengelohan tanah
dapat juga mendorong pertumbuhan mikro dan hara tanaman; (3) Mencengah hama dalam
tanah yang dapat menggnagu pertumbuhan tanamna jagung sesuai dengan kondisi
/keadaan tanah; dan (4) Mencengah pertumbuhan gulma yang dapat
menggangu pertumbuhan tanaman. Lebih lanjut Widiatmoko dan
Supartoto (2002) menyatakan persiapan lahan untuk tanaman jagung dapat dilakukan
dengan tiga cara, disebut zero yaitu tanpa olah tanah (TOT) pengolahan tanah
minimum,dan pengolahn tanah maksimum (sempurna). Pengolahan penyiapan lahan
dapat dikerjakan sebagai berikut : Tanpa olah tanah (TOT) hanya mencangkullah
tanah hanya untuk lubang tanam. Sistem TOT dapat dipraktekan pada bekas lahan
tebang tebu rakyat intensifikasi (TRI). keuntungan TOT antara lain adalah
menekan biaya pengolahan tanah, menekan pertumbuhan gulma, dan memperpendek
waktu tanam. Selanjutnya Pengolahan tanah sempurna (maksimum) Tanah yang akan
diolah tidak terlalu kering /basah sehingga mudah diolah menjadi gembur dengan
cara melakukan pembajakan tanah sebanyak 2 kali dengan kedalaman 12-20 cm, Benamkan
gulma dan sisa tanaman,kemudian garulah tanah sampai rata. Biarkan tanah kering
angin selama 7-14 hari. Lakukanlah pengolahan tanah paling sedikit 1 minggu
sebelum tanam tujuan pengolahan tanah secara sempurna adalah sebagai berikut :
(1) Memperbaiki tekstur dan struktur tanah. (2) Memberantas gulma dan hama
dalam tanah (3) Memperbaiki aerasi dan drainase tanah. (4) Mendorong
aktifitas mikroorganisme tanah, (5) Membuang gas-gas beracun dari dalam tanah.
Pengolahan tanah selanjutnya adalah pengolahan tanah minimum (minimum) tahap
yang dilakukan dalam pengolahan tanah minuman adalah Terhadap tanah yang peka
erosi,mutlak diperlukan usaha-usaha konservasi tanah dan sedikit mungkin
dilakukan pengolahan tanah. Bila waktu mendesak, lakukanlah pengolahan tanah
hanya pada barisan tanaman saja dengan kedalaman 15-20 cm. pengolahan tanah
biasanya dilakukan pada awal musim kemarau,yaitu diperkirakan ± 15 hari sebelum
tanam.
III. BAHAN DAN METODE
3.1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan
dilahan pertanian Fakultas Pertanian dan peternakan Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan Pekanbaru.
Penelitian akan dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai dari bulan September
2013 sampai dengan November 2013.
3.2.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah : Benih
Jagung Manis varietas Master Sweet, Urea, KCl, Kapur ( jika diperlukan)
Alat
yang digunakan adalah meteran, cangkul,
ember, parang, gembor dan alat tulis.
3.3.
Metode Penelitian
Rancangan percobaan
yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 2 faktor
dan 3 ulangan. Faktor I adalah jarak tanam yang terdiri atas 2 taraf yaitu J1 =
50 x 20 cm,
J2 = 50 x 40 cm, Faktor II adalah Olah tanah (D) yang terdiri atas 3 taraf
yaitu D0 = Tanpa olah tanah, D1 = Olah
tanah minimum, D2 = Olah tanah maksimum.
Dari ketiga faktor
tersebut diperoleh 6 kombinasi perlakuan dengan 3 kali pengulangan sehingga
akan diperoleh 18 unit percobaan.
Tabel
3.1. Kombinasi Perlakuan
Perlakuan D0 D1 D2
J1 J1D0 J1D1 J1D2
J2 J2D0 J2D1 J2D2
3.4.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian
ini meliputi beberapa tahap kegiatan mulai dari persiapan lahan, pengapuran (Jika
diperlukan), penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pemanenan, dan pengamatan.
3.4.1.
Persiapan Lahan
Lahan yang
digunakan untuk penelitian ini adalah lahan yang datar, dekat dengan sumber air
dan tidak terlindungi oleh sinar matahari.Tahapan pertama yang dilakukan adalah
pembersihan lahan dari tanaman-tanaman liar (gulma), kayu-kayu dan batuan yang
ada disekitar lahan. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan
parang. Tahapan selanjutnya adalah pengolahan tanah. Di sesuaikan dengan
perlakuan percobaan. Pembuatan petak D2, Pengolahan tanah sempurna (maksimum) Tanah yang
akan diolah tidak terlalu kering /basah sehingga mudah diolah menjadi gembur
dengan cara melakukan pembajakan tanah sebanyak 2 kali dengan kedalaman 12-20
cm, Benamkan gulma dan sisa tanaman, kemudian garulah tanah sampai rata.
petak D1, pengolahan tanah minimum (minimum) tahap yang
dilakukan dalam pengolahan tanah minuman adalah Terhadap tanah yang peka erosi,
mutlak diperlukan usaha-usaha konservasi tanah dan sedikit mungkin dilakukan
pengolahan tanah. Bila waktu mendesak, lakukanlah pengolahan tanah hanya pada
barisan tanaman saja dengan kedalaman 15-20 cm. dan petak D0, yang pada tanpa olah tanah hanya
di bersikan di permukaan tanah. Petak penelitian dibuat dengan ukuran 2 x 2 m
dengan jarak antar petak 50 cm dan jarak antar ulangan 60 cm.
3.4.2.
Pengapuran
Pengapuran
bertujuan untuk menetralkan tingkat keasaman tanah.Tanah yang digunakan diukur
terlebih dahulu pH tanahnya dengan menggunakan soil tester. Apabila pH tanah rendah,
maka ditambahkan dolomit. Dosis dolomit yang diberikan disesuaikan dengan pH
tanahnya. Dolomit diberikan kedalam tanah dengan cara ditaburkan pada lahan
yang telah diolah dan begitu juga pada lahan yang tidak diolah. Selanjutnya
tanah yang telah diberikan kapur diaduk sampai rata dengan cangkul pada setiap
plot. Kemudian dibiarkan selama dua minggu.
3.4.3.
Pemupukan
Pemupukan
dilakukan 2 tahap.Tahap pertama, pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam,
pupuk yang diberikan adalah pupuk Urea dengan dosis 90 g/petak. Pada tahap
kedua, pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 4 minggu setelah tanam
(MST), pupuk yang diberikan adalah pupuk Urea dengan dosis 90 g/petak, dan KCl
dengan dosis 45 g/petak, Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur
hara bagi tanaman. Pemberian Pupuk diberikan secara larikan di kanan kiri
lubang tanam dengan jarak ± 5 cm dan kedalaman ± 5 cm.
3.4.4.
Penanaman
Penanaman
dilakukan dengan menggunakan alat tugal yang ujungnya berdiameter 3 cm. Lubang tanam
ditugal dengan kedalaman 3 – 5 cm, dan tiap lubang berisi 2 tanaman per lubang,
jika tanaman sudah tumbuh maka salah satu tanaman dibunuh. Penanaman dilakukan
sesuai dengan pengaturan jarak tanam yaitu 50 x 20 cm dan 50 x 40 cm. Jumlah
tanaman pada jarak tanam 50 x 20 cm adalah 40 tanaman/petak dan untuk jarak
tanam 50 x 40 cm adalah 20 tanaman/petak (Lampiran 4).
3.4.5.
Pemeliharaan
Tanaman
memerlukan perawatan atau pemeliharaan yang baik agar tanaman tumbuh dengan
normal. Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan dan
juga pengendalian hama dan penyakit.
a.
Penyiraman
Penyiraman
dilakukan secara rutin sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan gembor, apabila hujan tidak perlu melakukan
penyiraman lagi.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan jika ada
tanaman belum ada yang tumbuh pada umur 1 minggu.
c.
Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk
membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma) agar pertumbuhan lebih
optimal.Penyiangan dilakukan pada saat gulma ada.
d.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Sebelum
terjadinya serangan hama dan penyakit pada tanaman jagung tersebut maka dapat
dilaksanakan langkah-langkah pencegahan dengan cara :
a. Penggunaan varietas bibit yang
resisten
b. Penggunaan teknik-teknik agronomi
c. Penggunaan desinfektan pada benih
yang akan ditanam
d. Pemeliharaan dan pemanfaatan
musuh-musuh alami
Langkah
terakhir pemberantasan hama penyakit tanaman dilakukan dengan penggunaan
bahan-bahan pestisida apabila tingkat serangan sudah mencapai pada ambang
ekonomi.
3.4.6.
Panen
Tanaman jagung manis dapat dipanen jika berumur 68 hari
untuk dataran rendah, 75 hari dataran menegah, dan 94 hari dataran tinggi.
Ciri jagung dapat dipanen: Kelobot (bungkus
janggel jagung) berwarna cokelat muda dan kering serta bijinya mengkilat.
3.5. Pengambilan Tanaman Contoh
Pengambilan
tanaman contoh dilakukan
dengan cara acak sederhana, cara pengambilan contoh tanaman dimana tiap unsur
yg membentuk populasi diberi kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi contoh
tanaman. Dalam penelitian ini jumlah tanaman contohnya yang diambil setiap
petak adalah 6 tanaman contoh.
3.6.
Parameter Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian
adalah:
1.
Tinggi tanaman (cm).
Tinggi
tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai daun yang tertinggi setelah
diluruskan.Pengukuran dilakukan setiap 2 minggu sekali mulai 2 minggu sesudah
tanam sampai panen.
2.
Jumlah daun (helai).
Jumlah
daun dihitung terhadap daun yang telah membuka sempurna.Penghitungan pertama
dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan penghitungan dua minggu sekali sampai
panen.
3.
Umur berbunga.
Umur
berbunga ditetapkan apabila 75% populasi tanaman telah mengeluarkan bunga jantan.
4.
Umur panen (hari).
Pengamatan
umur panen dilakukan pada saat dilakukannya pemanenan pada setiap tanaman.
5.
Panjang tongkol (cm)/tanaman contoh.
Panjang
tongkol diukur mulai dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol dengan
menggunakan mistar, setelah kelobot dikupas.
6.
Berat tongkol/tanaman contoh (g).
Penimbangan
dilakukan setelah jagung dipanen, kelobot dikupas dan ditimbang setiap tanaman
contoh.
7.
Berat tongkol/petak (g).
Penimbangan
dilakukan setelah jagung dipanen secara keseluruhan dan ditimbang setiap petak
kecuali tanaman pinggir.
8.
Berat kering tajuk/tanaman contoh (g).
Penimbangan
berat kering tajuk jagung dilakukan setelah panen dan di oven sampai berat
konstan.
9.
Berat kering akar/tanaman contoh (g).
Penimbangan
berat kering akar tanaman jagung dilakukan setelah panen.
3.7.
Analisis Data
Model
RAK 2 faktorial menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) adalah:
Y ijk= µ+þk+αi+βj+(αβ)ij+εijk
Yakni :
Yijk : Hasil pengamatan pada faktor A pada taraf
ke-I dan faktor B pada taraf ke-j dan pada ulangan ke-k
µ :
Nilai tengah
þk :
Pengaruh kelompok pada taraf ke-k
αi :
Pengaruh faktor A pada taraf ke-i
βj :
Pengaruh faktor B pada taraf ke-j
(αβ) : Pengaruh interaksi dari faktor A pada
taraf ke-I dan faktor B pada taraf ke j
εijk : Pengaruh galat dari faktor A pada taraf
ke-i dan faktor B pada taraf ke-j pada
ulangan ke-k.
Data hasil pengamatan dari masing-masing perlakuan diolah
secara statistik dengan menggunakan Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak
Kelompok (RAK). Model Rancangan Acak Kelompok menurut Mattjik dan Sumertajaya
adalah seperti pada Tabel 1. Uji lanjutan akan dilakukan dengan Duncans New Multiple Range Test (DNMRT)
pada taraf 5%.
Tabel
3.2. Sidik Ragam
Sumber
Keragaman
|
Derajat
Bebas
|
Jumlah
Kuadrat
|
Kuadrat
Tengah
|
F
Hitung
|
F
Tabel
|
|
||
(SK)
|
(DB)
|
(JK)
|
(KT)
|
0,05
|
0,01
|
|||
Kelompok
|
r-1
|
JKK
|
KTK
|
KTK/KTG
|
-
|
-
|
||
Pelakuan
|
ai-1
|
JKP
|
KTP
|
KTP/KTG
|
-
|
-
|
||
A
|
a-1
|
JKA
|
KTA
|
KTA/KTG
|
-
|
-
|
||
I
|
i-1
|
JKI
|
KTI
|
KTI/KTG
|
-
|
-
|
||
AxI
|
(a-1) (i-1)
|
JK
(AI)
|
KT
(AI)
|
KT
(AI)/KTG
|
-
|
-
|
||
Galat
|
(ai-1) (r-1)
|
JKG
|
KTG
|
-
|
-
|
-
|
||
Total
|
r
a i – 1
|
JKT
|
-
|
-
|
- -
|
|||
|
||||||||
Faktor
Koreksi (FK) = Jumlah Kuadrat Total (JKT) = - FK
Jumlah
Kuadrat Faktor A (JKA) = ∑ – FK
Jumlah
Kuadrat Faktor (JKI) = ∑ – FK
Jumlah
Kuadrat Perlakuan (JKP) = ∑ - FK
Jumlah
Kuadrat Kelompok (JKK) = ∑ – FK
Jumlah
Kuadrat Interaksi Faktor A dan I {JK (AI)} = JKP – JKA – JKI
Jumlah
Kuadrat Galat = JKT – JKP – JKK
3.8. Rencana Anggaran Biaya
Biaya
yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Rencana Anggaran Biaya
No
|
Bahan/ Alat
|
Volume
|
Satuan
|
Harga satuan (Rp)
|
Biaya(Rp)
|
1
|
Benih jagung manis
|
3
|
Kg
|
80.000
|
240.000
|
2
|
Pupuk Kandang
|
20
|
Kg
|
15.000
|
30.000
|
3
|
Urea
|
2
|
Kg
|
10.000
|
20.000
|
4
|
KCl
Meteran
Cangkul
Ember
Parang
Gembor
Foto copy dan Jilid
Biaya Pemeliharaan
Biaya Panen
Peminjaman Alat
|
1
1
1
2
1
1
10
|
Kg
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Paket
|
10.000
25.000
70.000
15.000
85.000
45.000
35.000
|
10.000
25.000
70.000
30.000
85.000
45.000
350.000
200.00
150.00
200.000
|
5
|
|||||
6
|
|||||
7
|
|||||
8
|
|||||
9
|
|||||
10
|
|||||
11
13
14
|
|||||
|
|
|
|
||
Total Biaya
|
1.355.000
|
Total biaya yang dibutuhkan adalah “Satu Juta tiga ratus enam puluh
lima ribu Rupiah.”
3.9. Jadwal Agenda Kegiatan Penelitian
Penelitian dilaksanakan
dengan jadwal yang tertera pada Tabel 3.4.
Tabel
3.4. Jadwal Kegiatan Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Jul
|
Sept
|
Okt
|
Nove
|
Des
|
||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||||
1.
|
Pembuatan proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
2.
|
Seminar proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
3.
|
Persiapan lahan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
4.
|
Pengapuran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
5.
|
Persiapan benih
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
6.
|
Pengaturan jarak
tanam, olah tanah dan penanaman
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
7.
|
Pemupukan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
8.
|
Pemeliharaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
9.
|
Pengamatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
10.
|
Panen
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
11.
|
Analisis data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
DAFTAR PUSTAKA
AAK.
2007. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius.139 hal.
Sarwanto, A. T.
dan Widiyastuti E.. 2000. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering,
Sawah dan Pasang Surut. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Anggita,
T. 2007. Pengaruh Pemberian Super Dolomit dan Unsur Fosfor (P) Terhadap
Pertumbuhan dan Peroduksi jagung.Skiripsi
Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.24 Hal.
Bastari, T. 1988. Program Pengembangan
Jagung di Indonesia. Pusat dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor.
Beare, M. H., Hendrix, P. F. and
Coleman, D.C. 1994. Water-stable Aggregates and organic matter Fractions in
Conventional-and no Tillage Soils. Soil Sci. Soc. Am.J. 58:787-795
Budiastuti,
M.S., D. Suroto, dan S. Haryanti. 2001. Penggunaan Glifosat dan Macam Olah
Tanah pada Pertanaman Jagung Manis. Konferensi Nasional XV HIGI di
Surakarta 17-19 Juli 2001 : 417-422.
Budiastuti, S. 2006. Penggunaan Triakontanol dan Jarak Tanam pada
Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.).Skiripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 12 Hal.
Ermanita, y. Bey, dan firdaus. 2004. Pertumbuhan
Vegetatif Dua Varietas Jagung pada Tanah Gambut yang diberi Limbah Pulp &
Paper. Jurnal Biogenesis. 1(1):1-8, 2004.
Gardner, F. P.,
R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia (UI) Press, Jakarta.
Goldsworthy, P.R. dan Fisher, N.M. 1992. Fisiologi
Tanaman Budidaya Tropik. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Idris, M., Mohammad dan Normah, 1982. Tanaman Bijian. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia, Kuala Lumpur. Hal : 111-113
Kuipers, H .dan L. Kowenhopn.
1983. Pengolahan Tanah ; Aplikasi
Pengukuran Lapangan. Agricultural University Wageningen – Brawijaya University,
Malang.
Kuswandi. 1993. Pengapuran
Tanah Pertanian. Kanisius.Yogyakarta.92 hal.
Mattjik, A. A. dan I. M. Sumertajaya.2006.
Perancangan Percobaan denganAplikasi SAS dan Minitab.IPB Press. Bogor. 276 hal.
Mawazin dan Hendi S. 2008. Pengaruh Jarak Tanam terhadap
Pertumbuhan Diameter. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.
Mayadewi,
N. N. A. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam terhadap
Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Jurusan Budidaya Pertanian.Jurnal Bidang Ilmu Pertanian Vol 26 (4) :
153 – 159.
Mulyadi,
Q., Dadang., A. Pramono, 2007. Pengaruh Residu Bahan Organik dan Olah Tanah
Terhadap Hasil Kedelai Setelah Padi Walik Jerami Sawah Tadah Hujan. karya
Penelitian Pencemaran Lingkungan Pertanian dan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Timur. Hal: 312-319.
Salisbusry, F.B. dan C.W. Ross, 1992. Fisiologi
Tumbuhan, Jilid II. ITB Bandung. 110.Hal.
Simamora,
T. J. L. 2006. Pengaruh Waktu Penyiangan Dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Varietas DK3. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. 92. Hal
Sitompul, S. M. dan B.
Guritno., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. 171.Hal.
Subandi, M. Syam, dan A. Widjono. 1988. Jagung. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. 422 hal.
Surtikanti. 2007. Hama Utama Pada Varietas
Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt) Dan Perkembangannya. Prosiding
Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel.
Hal : 65-69
Suryana, A. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan
Ketahanan Pangan. BPFE, Yogyakarta
Sutrisno.
2004. Studi Dosis Pupuk dan Jarak Tanam.Laporan
Penelitian. Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati. 30 hal.
Supriono, 2006. Pengaruh Dosis Urea Tablet dan Jarak
Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Kultivar Sindoro. Skiripsi
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.110. hal.
Syafruddin dan Saidah. 2006.
Produktivitas jagung dengan pengaturan jarak ta-nam dan penjarangan tanaman
padalahan kering di Lembah Palu. Jurnal Penelitian Pertanian, 25(2): 129−134.
Thamrin dan Bastari. 1988. Program Pengembangan Jagung di
Indonesia. Pusat dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor.
Tobing, M. P. L. dan B. P. Tampubolon,
1983.Bercocok tanama pangan/ Salae. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan. 145 hal.
Tollenaar, M., A. A Dibo., A. Aquilera., S.F. Weise, and C.J.
Swanton, 1994.Effect of Weed Interference and Soil Nitrogen on Four Maize
Hybrids. Agron.J. 86: 596-601.
Unger, P.W. and Mc Calla, T.M. 1980.
Conservation Tillage Systems.Adv. In Agron., 33:2-57
Warsana. 2007.
Analisis Efisiensi dan
Keuntungan Usahatani Jagung
(Studi di Kecamatan Randublatung
Kabupaten Blora). Tesis Progranm Studi
Magister Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Universitas Diponegoro. Semarang.
Widiatmoko, T., dan Supartoto. 2002.
Penerapan Teknologi Tanpa Olah Tanah(TOT) dalam Upaya Pengendalian Gulma Pada
Sistem Tumpangsari Jagung/Kedelai. Jurnal Agrin. Fakultas Pertanian Unsoed.
Purwokerto. 5 (11): 38-44
Zamriyetti,
2005. Pengaruh Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa
Varietas Jagung Semi (Baby Corn)/ The Effect Of Henhouse Fertilizer On Growth
And Yield Of Several Varieties Baby Corn. Jurnal
Bidang Ilmu Pertanian. Unpad. Vol 3 : 93 – 101.
Lampiran 1: Deskripsi Jagung manis Master Sweet
Nama varietas
|
Jagung Manis Master Sweet
|
Jenis
|
Hibrida silang tunggal
|
Golongan varietas
|
Hibrida silang tunggal
|
Umur 50 % anther terbuka
|
49/ 55 / 61 hari (dat. rendah/
Menengah/ tinggi)
|
Umur 50% keluar rambut
|
51/ 57 / 63 hari (dat. rendah/
Menengah/ tinggi)
|
Umur mulai panen
|
68/ 75 / 94 hari (dat. rendah/
menengah/tinggi)
|
Batang
|
Hijau, kokoh, bulat
|
Warna batang
|
Hijau
|
Tinggi tanaman
|
203 cm
|
Tinggi tongkol
|
98 cm
|
Daun
|
Lebar, Tegak
|
Warna daun
|
Hijau
|
Keragaman tanaman
|
Seragam
|
Bentuk malai (tassel)
|
Semi tegak
|
Warna sekam (glume)
|
Kuning kehijauan
|
Warna malai (anther)
|
Kuning
|
Warna rambut
|
Kuning
|
Penutupan tongkol
|
Baik
|
Bentuk tongkol
|
Silindris
|
Tipe biji
|
Sweet corn (Shrunken)
|
Warna biji
|
Kuning
|
Jumlah baris biji
|
16 – 18 baris
|
Perakaran
|
Baik
|
Kerebahan
|
Tahan
|
Potensi hasil
|
17.8 ton/ha
|
Rata-rata hasil
|
12.1 ton/ha
|
Berat 1000 biji
|
± 148.1 gram (biji kering)
|
Kadar gula
|
13.3 % brix
|
Panjang tongkol
|
20.8 cm
|
Diameter tengah tongkol
|
5.3 cm
|
Keliling tengah tongkol
|
17 cm
|
Jumlah biji per baris
|
43.9 biji
|
Berat/tongkol (glondong)
|
499 gr
|
Berat/tongkol (kupasan)
|
339 gr
|
Ketahanan penyakit
|
Toleran penyakit hawar daun
(Helminthosporium turcicum),tahan penyakit karat daun (Puccinia sorghi), dan
Tahanbulai (Peronosclerospora maydis)
|
Keterangan
|
Tahan simpan, beradaptasi dengan
baik di dataran
rendah,menengah maupun tinggi |
Daerah pengembangan
|
Indonesia /Tropis
|
Lampiran 3 : Dosis Dolomit Untuk Menetralkan Tanah Asam
pH
Tanah
|
Dosis
Dolomit (ton/ha)
|
pH
Tanah
|
Dosis
Dolomit (ton/ha)
|
4,0
|
10,24
|
5,1
|
5,02
|
4,1
|
9,76
|
5,2
|
4,54
|
4,2
|
9,26
|
5,3
|
4,08
|
4,3
|
8,82
|
5,4
|
3,60
|
4,4
|
8,34
|
5,5
|
3,12
|
4,5
|
7,84
|
5,6
|
2,65
|
4,6
|
7,39
|
5,7
|
2,17
|
4,7
|
6,91
|
5,8
|
1,6
|
4,8
|
6,45
|
5,9
|
1,23
|
4,9
|
5,98
|
6,0
|
0,75
|
5,0
|
5,49
|
-
|
-
|
Sumber
: Redaksi Agromedia (2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar