Social Icons

Kamis, 19 Desember 2013

Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Bokashi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) di Lahan Gambut

I.       PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat kita. Kacang tanah dapat di olah menjadi bermacam-macam produk, misalnya kacang goreng, kacang bawang, ampyang, enting-enting, rempeyek, dan sebagainya  (Fachruddin, 2000).
Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal kacang tanah sebagai bahan pangan dan industri. Sebagai bahan pangan kacang tanah dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai sayur, saus dan digoreng atau direbus. Kacang tanah mengandung lemak 40-50%, protein 27%, karbohidrat 18%, serta vitamin (A, B, C, D dan K) (Marzuki, 2007). Sebagai bahan industri, kacang tanah dapat dibuat keju, mentega, sabun, dan minyak. Daun kacang tanah dapat digunakan untuk pakan ternak dan pupuk. Hasil sampingan dari pembuatan minyak, berupa bungkil, dapat dijadikan oncom dengan bantuan fermentasi jamur. (Soedjono, 2006).
Produksi kacang tanah selama kurun waktu 5 tahun cenderung menurun rata-rata 1,52 %/tahun dari 836.295 ton pada tahun 2005 menjadi 785.151 ton pada tahun 2009, sedangkan laju peningkatan produktivitas baru mencapai 1,88 %/tahun dan luas panen menurun 3,30 %/tahun. Untuk meningkatan produktivitas dapat melalui upaya penggunaan benih unggul bermutu, pemupukan berimbang dan pemakaian pupuk organik, pupuk hayati serta kapur pertanian (Kaptan), pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya dengan disertai pengawalan, pendampingan dan koordinasi (Direktorat Budidaya Kabi Ditjen Tanaman Pangan, 2010).
Penentuan jarak tanam tergantung pada daya tumbuh benih, kesuburan tanah, musim dan varietas yang ditanam. Benih dapat ditanam pada jarak tanam yang lebih rapat apabila daya tumbuh benih agak rendah, pada tanah yang tandus, varietas yang batangnya tidak panjang dan penanaman pada musim kemarau, sedangkan benih dapat ditanam pada jarak tanam yang lebih renggang apabila ditanam pada tanah yang subur dan varietas yang banyak bercabang (Murinnie, 2007).
Hasil penelitian Sutrisno (2004), perlakuan jarak tanam 20 x 30 cm dengan ukuran plot 2,8 x 1,6 m berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah. yaitu 530,842 g polong kering atau 384,833 g biji kering per plot, sedangkan terendah pada jarak tanam 20x20 cm yaitu 421,608 g polong kering atau 313,05 g biji kering per plot.
Bokashi jerami pupuk kandang sangat baik digunakan untuk melanjutkan proses pelapukan mulsa dan bahan organik lainnya di lahan pertanian. Bokashi jerami juga sesuai untuk diaplikasikan di lahan sawah. Bokashi jerami merupakan hasil olahan jerami padi dan pupuk kandang dengan EM-4. Bokashi mempunyai banyak keunggulan jika dibandingkan dengan pupuk organik sejenis lainnya, yaitu pembuatannya melalui proses fermentasi yang akan mempercepat dekomposisi sehingga hara yang dikandungnya cepat diserap tanaman, proses pembuatan relatif lebih cepat yaitu hanya membutuhkan waktu 4-7 hari jika dibandingkan pembuatan kompos yang memakan waktu 3-4 bulan (Wididana & Muntoyah, 1999 cit. Sedjati, 2006).
Hasil penelitian Nur (2005), perlakuan dosis bokashi jerami padi berpengaruh terhadap komponen pertumbuhan kedelai yang meliputi: jumlah daun, luas daun, berat kering total tanaman dan jumlah bintil akar efektif. Demikian juga hasil dan komponen yang meliputi jumlah cabang produktif, jumlah polong isi, berat kering polong isi, berat kering 100 biji dan berat kering biji.
Pemanfaatan lahan gambut untuk budidaya tanaman dihadapkan pada beberapa masalah termasuk diantaranya pH yang rendah, drainase yang buruk, tingkat dekomposisinya, aktivitas mikroorganismenya menurun, dan ketersediaan unsur hara yang rendah terutama N, P, K, Ca, Mg serta unsur hara mikro seperti Cu dan Zn. Agar lahan gambut dapat diusahakan untuk budidaya pertanian, tahap awal yang perlu dilakukan adalah mengatur tata air terutama untuk membuang kelebihan air. Usaha lain yang dapat dilakukan adalah dengan menurunkan derajat keasaman tanah dengan cara pemberian kapur. Pemberian kapur ditujukan untuk meningkatkan pH tanah menjadi pH yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Pengapuran dapat menetralkan senyawa-senyawa beracun baik organik maupun anorganik. Sedangkan pemupukan dilakukan untuk memberikan tambahan unsur hara dalam jumlah yang cukup (Anggita, 2007).
Lahan gambut di Riau pada umumnya oleh masyarakat digunakan sebagai lahan pertanian, bahkan pada akhir-akhir ini pembukaan lahan semakin meningkat akibat kebutuhan untuk usaha pertaniaan baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Namun demikian, keberhasilan pemanfaatan gambut sebagai usaha budidaya masih jauh dari yang diharapkan karena terkendala oleh sifat-sifat tanah gambut serta teknologi reklamasi yang diterapkan belum memadai.
Berdasarkan keadaan di atas maka penulis akan melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Bokashi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) di Lahan Gambut

1.2.   Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:
1.      Mengetahui pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah di lahan gambut.
2.      Mengetahui pengaruh pemberian dosis pupuk bokashi terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah di lahan gambut.
3.      Mengetahui pengaruh interaksi antara jarak tanam dengan dosis pupuk bokashi terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah di lahan gambut.


1.3.  Hipotesis
1.      Jarak tanam yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah di lahan gambut.
2.      Pemberian dosis pupuk bokashi yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah di lahan gambut.
3.      Interaksi jarak tanam dan pupuk bokashi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah di lahan gambut.

II.    TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kacang Tanah
Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya kebanyakan lurus atau sedikit miring ke atas. Umumnya para petani lebih suka dengan tipe tegak karena berumur pendek berkisar 100-120 hari, sehingga lebih cepat panen (Santoso, 1998). Kacang tanah tipe menjalar percabangannya tumbuh ke samping, tetapi ujung-ujungnya mengarah ke atas dan umur panennya berkisar antara 180 - 210 hari (Adisarwanto, 2000).
Tanaman kacang tanah merupakan tanaman yang tersusun atas 3 bagian utama yaitu akar (radix), batang (caulis) dan daun (folium). Sedangkan bagian organ lain seperti bunga (flos), buah (frucus) dan biji (semen) merupakan bagian reproduktif dari tanaman kacang tanah (Suprapto, 1999).
Perakaran kacang tanah banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai dua meter (Purwono & Purnamawati, 2007). Kacang tanah berakar tunggang dengan akar cabang yang tumbuh tegak lurus pada akar tunggang tersebut. Akar cabang ini mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat penyerap. Akar-akar ini dapat mati dan dapat juga menjadi akar yang permanen. Bila menjadi akar permanen, maka akan berfungsi kembali sebagai penyerap makanan (Suprapto, 1999).
Batang tanaman kacang tanah berukuran pendek, berbuku-buku dengan tipe pertumbuhan tegak atau merumpun. Pada awalnya batang tumbuh tunggal, namun lambat laun bercabang banyak seolah-olah merumpun. Tinggi tanaman berkisar antara 30–50 cm atau lebih tergantung jenis atau varietas kacang tanah (Rukmana, 1998).
Daun kacang tanah adalah daun majemuk bersirip genap, terdiri atas empat anak daun yang bentuknya bulat, elip atau agak lancip dan berbulu. Bunga kupu-kupu, tajuk 4 daun berjumlah 5 dan 2 di antaranya bersatu berbentuk seperti perahu. Mahkota bunga berwarna kuning kemerahan. Buah berbentuk polong berada di dalam tanah. Buah berisi 1-4 biji sesuai varietas, kulit tipis ada yang berwarna putih dan ada yang merah serta biji berkeping dua (Balai Pengkajian Tanaman Pangan, 2006).
Bunga berbentuk kupu-kupu berwarna kekuning-kuningan dan bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun. Fase berbunga biasanya berlangsung setelah tanaman berumur 4-6 minggu. Bunga kacang tanah menyerbuk sendiri (selfing) pada malam hari dan hanya 70-75 % yang membentuk bakal polong (ginofora). Bunga mekar selama 24 jam kemudian layu dan gugur (Nurbailis, 2001 cit. Hasibuan, 2009).
Kacang tanah berbuah polong. Polong kacang tanah berkulit keras dan berwarna putih kecoklatan dan setiap polong mempunyai 1-4 biji. Polong terbentuk setelah terjadi pembuahan. Bakal buah tersebut tumbuh memanjang, hal ini disebut ginofora yang akan menjadi tangkai polong. Ginofora terbentuk diudara, sedangkan polong terbentuk di dalam tanah. Biji kacang tanah berbentuk agak bulat sampai lonjong, terbungkus kulit biji tipus berwarna putih, merah dan ungu (Marzuki, 2007).
Kacang tanah dapat tumbuh baik pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut (Fachruddin, 2000). Untuk pertumbuhan yang baik tanaman kacang tanah membutuhkan suhu antara 250-300 C. Curah hujan waktu tanam selama dua bulan pertama yang baik adalah antara 1-250 mm/bulan. Tanah yang dikehendaki untuk tumbuh baik adalah tanah regosol, andosol, latosol, dan alluvial (tanah subur) dengan pH tanah 6–6,5, drainase baik serta memerlukan air yang cukup (Marzuki, 2007).

2.2. Jarak Tanam
Usaha untuk memperbaiki hutan bekas tebangan adalah dengan melakukan penanaman jenis komersial dengan melakukan penanaman tertentu yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Salah satu teknik penanaman tersebut adalah dengan mengatur jarak tanam atau kerapatan tanaman. Jarak tanam akan mempengaruhi efektivitas penyerapan unsur hara oleh tanaman. Semakin rapat jarak tanam semakin banyak populasi tanaman per satuan luas, sehingga persaingan hara antar tanaman semakin ketat. Akibatnya pertumbuhan tanaman akan terganggu dan produksi per tanaman akan turun (Mawazin, 2008).
Jarak tanam kacang tanah, tergantung pada kesuburan tanahnya. Penanaman benih dapat dilakukan dalam alas sedalam 3-4 cm. Jarak tanam pada tanah yang subur atau tanah yang banyak mengadung unsur hara agak jarang, yaitu 40x20 cm atau 30x20 cm. Sementara itu, jarak tanam pada tanah yang kurang subur lebih rapat yaitu 30x10 cm atau 20x20 cm (Marzuki, 2007).
Pemanfaatan air dan unsur hara secara optimal dapat mengurangi kompetisi antar tanaman. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam kacang tanah. Pengaturan jarak tanam kacang tanah, diharapkan secara sinergis positif menciptakan kondisi yang kondusif untuk pertumbuhan yang pada gilirannya hasil tanaman dapat lebih meningkat mendekati potensi hasil tanaman kacang tanah yang optimal (Adisarwanto, 2000 cit. Kadekoh, 2007).
Menurut Kadekoh (2007), makin lebar jarak tanam dalam baris kacang tanah, jumlah polong isi per tanaman makin banyak. Jumlah polong isi terbanyak dicapai pada jarak tanam 40x30 cm, dan jumlah polong isi paling sedikit dihasilkan pada jarak tanam 40x5 cm.

2.3. Pupuk Bokashi
Bokashi adalah salah satu kata dari bahasa Jepang yang berarti bahan organik yang telah difermentasikan. Bokashi dibuat dengan memfermentasikan bahan organik seperti (sekam padi, jerami, sebuk gergaji, limbah  pasar) dengan EM-4. Penggunaan effektive microorganism (EM-4) merupakan salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme di dalam tanah, karena EM-4 merupakan inokulum mikroba yang dapat digunakan untuk membantu proses dikomposisi bahan organik. EM-4 tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya dan sudah tersedia di dalam tanah sehingga tidak akan merusak lingkungan (Higa, 2000 cit. Candra, 2009).
Pupuk mempunyai peranan sangat penting terhadap budidaya tanaman. Tanaman membutuhkan pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan hara agar dapat tumbuh serta berkembang dengan baik (Redaksi Agromedia, 2007).
Pemberian pupuk organik dapat menambah cadangan unsur hara di dalam tanah, memperbaiki struktur tanah dan menambah kandungan bahan organik tanah. Pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah diantaranya dapat memperbaiki pH tanah, meningkatkan kandungan C-organik meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah karena bahan organik mempunyai daya serap kation yang lebih besar dari pada koloid liat dan dapat melepaskan fosfat (P) dari fosfat (P) terfiksasi menjadi P-tersedia bagi tanaman (Sudirja, 2006).
Lingga & Marsono (2007), ada beberapa kelebihan dari pupuk organik, sehingga pupuk organik ini sangat disukai petani. Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan mikroorganisme di dalam tanah dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.
Bahan organik mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu bahan organik juga berperan terhadap pasokan hara dan ketersediaan fosfat (P). Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah adalah terhadap peningkatan porositas tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan pori total tanah dan menurunkan berat volume tanah. Penambahan bahan organik juga akan meningkatkan kemampuan tanah menahan air sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Sedjati, 2006).
Wididana (1993), dalam 100 g bokashi mengandung unsur Nitrogen 4,96%; Fosfor 0,34%; Kalium 1,90%; Protein 30,20%; Karbohidrat 22,96%; Lemak 11,21; Gula 15,75%; Alkohol 14,02% mg/100 g, Vitamin C 0,46% mg/100 g, dan asam amino. Manfaat bahan organik fermentasi (bokashi) adalah bisa langsung digunakan sebagai pupuk organik, tidak panas, tidak berbau busuk, tidak mengandung penyakit dan tidak membahayakan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Jenis bokashi dari kotoran ternak yang difermentasikan oleh effective microorganism (EM-4) yang diberikan ke dalam tanah dapat melepaskan hasil fermentasi yang mengandung gula, vitamin, asam laktat, asam amino dan senyawa organik lainnya yang mudah diserap oleh perakaran tanaman. Fermentasi bahan organik tidak melepaskan panas dan gas yang berbau busuk sehingga hama tidak tertarik untuk bertelur atau menetaskan telurnya pada kondisi tanah tersebut. Hal ini menyebabkan siklus hidup hama menjadi terputus (Munasmar, 2003).
Hasil penelitian Syahrizal (2007), pemberian pupuk bokashi terhadap kacang tanah dengan ukuran plot 2 x 2 m secara umum dapat meningkatkan berat biji per plot dibandingkan kontrol. Pemberian bokashi dengan dosis 30 ton/ha menghasilkan biji per plot tertinggi yaitu 1397,30 g dan berbeda nyata dengan perlakuan yang lain yaitu dari perlakuan dosis 10 ton/ha, 15 ton/ha, 20 ton/ha dan 25 ton/ha. Sedangkan tanaman yang tidak diberi bokashi dari biji kering per plot yang dihasilkan adalah yang terendah yaitu hanya 788,30 g. Perbedaan yang terjadi pada pengamatan produksi biji kering per plot dipengaruhi oleh unsur hara yang dikandung bokashi sudah mencukupi untuk proses pembentukan biji kering per plot.

2.4. Tanah Gambut
Gambut merupakan akumulasi sisa-sisa tanaman yang mengalami humifikasi lebih besar dari mineralisasi pada kadar air yang berlebihan dan membentuk endapan-endapan yang mengandung bahan organik dalam persentase (%) yang sangat tinggi. Lahan gambut mempunyai kandungan bahan organik lebih besar dari 20 % atau mempunyai ketebalan bahan organik lebih besar dari 50 cm (Darmawi, 1999 cit. Fauzi, 2010).
Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen yang beredar di dalam tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen (H+) itu dalam tanah terlalu tinggai maka tanah tersebut asam. Sebaliknya, bila kepekatan ion terlalu rendah maka tanah tersebut basa. Pada kondisi ini kadar kation OH- lebih tinggi dari ion H+ (Lingga & Marsono, 2007).
Hidrogen (H) merupakan bagian penting setiap asam. Pada tanah asam, hidrogen (H) yang bergabung dipermukaan partikel halus, liat dan humus disebut koloid. Koloid tidak membentuk larutan asli di dalam air, seperti gula dan garam, melainkan membentuk suspensi yang lebih atau kurang stabil. Dalam situasi seperti ini pengapuran perlu dilakukan (Kuswandi, 1993).
Pengukur tingkat pH tanah dapat dilakukan dengan cara titrasi di laboratorium untuk menggunakan alat-alat pengukur yang praktis dan banyak dijual dipasaran, misalnya kertas pH atau kertas lakmus, soil tester. Kondisi keasaman tanah sangat mempengaruhi kesuburan tanah. Pada kondisi netral, reaksi kimia tanah akan berlangsung baik sehingga unsur-unsur hara yang bermanfaat dapat tersedia. Sementara zat-zat beracun yang terlarut di dalam tanah akan menurun. Dalam prakteknya keasaman tanah yang baik untuk tanaman tidak harus tepat diangka 7, tetapi bisa dalam kisaran pH 5,5 - 7,5. Hal ini tergantung kepada jenis tanaman yang dibudidayakan (Redaksi Agromedia, 2007).
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi kendala dalam pemanfaatan lahan gambut adalah dengan pemberian kapur pertanian. Pengapuran pada lahan gambut membantu akumulasi nitrogen, meningkatkan kejenuhan basa, pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Perbaikan drainase dan aplikasi kapur dalam bentuk dolomit untuk meningkatkan pH tanah, akan mempercepat proses mineralisasi dan ketersediaan hara pada tanah gambut tersebut (Hidayat, 2001 cit. Simanjuntak, 2007).


DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto. 2000. Meningkatkan Kacang tanah di Lahan Sawah dan Kering. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hal.

Anggita, T. 2007. Pengaruh Pemberian Super Dolomit dan Unsur Fosfor (P) Terhadap Pertumbuhan dan Peroduksi Kacang Hijau. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2006. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Sulawesi Utara. 29 hal.

Candra, M. Y. 2009. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica alboglabra L.) Dengan Pemberian Berbagai Jenis Bokashi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pekanbaru.

Direktorat Balitkabi Ditjen Tanaman Pangan. 2010. Pengembangan Kacang-kacangan dan umbi-umbian Tahun 2010. Jakarta. 55 Hal.

Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang-Kacangan. Kanisius. Yogyakarta. 118 hal.

Fauzi. 2010. Uji Beberapa Jenis Microorganisme Selulolitik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L.) di Lahan Gambut. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.

Fransiscus. 2006. Pemberian Beberapa Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Skripsi. Universitas Riau. Pekanbaru. 40 hal.

Gardner, P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI. Jakarta. 248 hal.

Hasibuan, P.P. 2009. Pengaruh Pemberian Abu Janjang Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru. 35 hal.

Jumin, H. B. 2002. Agronomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 216 hal.

Kadekoh, I. 2007. Komponen Hasil dan Hasil Kacang Tanah Berbeda Jarak Tanam Dalam Sistem Tumpangsari Dengan Jagung Yang Didefoliasi pada Musim Kemarau dan Musim Hujan. Jurnal Agroland. Staf Pengajar pada Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Palu. 14 (1): 11-17.

Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. 92 hal.
Lingga, P. dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.

Mattjik, A.A. dan Sumertajaya, I.M. 2006. Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB Press. Bogor. 276 hal.

Martalena, L. 2008. Aplikasi Tricho Kompos dan Pupuk Anorganik terhadap Komponen Produksi Kacang Tanah. Skipsi. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.

Marzuki, R. 2007. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 43 hal.

Mawazin dan S. Hendi. 2008. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Diameter (Shorea parvifolia Dyer). Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Hutan. Pusat Litbang dan Konservasi Alam. 5 (4): 381-388.

Murinnie, E.D. 2007. Analisis Pertumbuhan Kacang Tanah dan Pergeseran Komposisi Gulma pada Frekuensi Penyiangan dan Jarak Tanam Yang Berbeda. Laporan Penelitian. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus.

Munasmar, E.I. 2003. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. 98 hal.

Nur, M. 2005. Pengaruh Dosis bokashi Jerami Padi dan Pemberian EM-4 Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max L) Varietas Tamponas. Laporan Penelitian. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Nanggro Aceh Darusalam.

Nurman, Kaimudin dan Yusran. 2005. Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Kacang Tanah pada Berbagai Jarak Tanam. Jurnal Agrivigor. Staf Dosen dan Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian Fapertahut Unhas. 4 (3): 164-172.

Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 139 hal.

Redaksi Agromedia. 2007. Cara Praktis Membuat Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta. 58 hal.

Redaksi Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. 100 hal.

Rukmana, R. 1998. Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta. 78 hal.

Santoso, B.H. 1998. Kacang Asin. Kanisius. Yogyakarta. 67 hal.

Sedjati, S. 2006.  Kajian Pemberian Bokashi Jerami Padi Dan Pupuk P Pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus.

Simanjuntak, N.B.L. 2007. Respon Tanaman kedelai (Glycine max (L) Merril) terhadap perbedaan dosis berbagai jenis kapur di Tanah Gambut. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.

Soedjono. 2006. Kacang-kacangan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 47 hal.

Sudirja, R., Muhamad A.S. dan S. Rosniawaty. 2006. Respons Beberapa Sifat Kimia Fluventic Eutrudepts Melalui Pendayagunaan Limbah Kakao dan Berbagai Jenis Pupuk Organik. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Suprapto. 1999. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 32 hal.

Sutrisno. 2004. Studi Dosis Pupuk dan Jarak Tanam Kacang Tanah. Laporan Penelitian. Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati. 30 hal.

Syahrizal, D. 2007. Pengaruh Pemberian Bokashi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.

Wididana, S. 1993. Teknologi Efektif Mikroorganisme (EM-4). Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan. Jakarta. 55 hal.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates