I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Kacang
tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan
salah satu jenis kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat kita.
Kacang tanah dapat di olah menjadi bermacam-macam produk, misalnya kacang
goreng, kacang bawang, ampyang, enting-enting, rempeyek, dan sebagainya (Fachruddin, 2000).
Masyarakat
Indonesia sudah lama mengenal kacang tanah sebagai bahan pangan dan industri.
Sebagai bahan pangan kacang tanah dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk,
antara lain sebagai sayur, saus dan digoreng atau direbus. Kacang tanah
mengandung lemak 40-50%, protein 27%, karbohidrat 18%, serta vitamin (A, B, C,
D dan K) (Marzuki, 2007). Sebagai bahan industri, kacang tanah dapat dibuat
keju, mentega, sabun, dan minyak. Daun kacang tanah dapat digunakan untuk pakan
ternak dan pupuk. Hasil sampingan dari pembuatan minyak, berupa bungkil, dapat
dijadikan oncom dengan bantuan fermentasi jamur. (Soedjono, 2006).
Produksi kacang tanah
selama kurun waktu 5 tahun cenderung menurun rata-rata 1,52 %/tahun dari
836.295 ton pada tahun 2005 menjadi 785.151 ton pada tahun 2009, sedangkan laju
peningkatan produktivitas baru mencapai 1,88 %/tahun dan luas panen menurun
3,30 %/tahun. Untuk meningkatan
produktivitas dapat
melalui upaya penggunaan benih unggul bermutu, pemupukan berimbang dan
pemakaian pupuk organik, pupuk hayati serta kapur pertanian (Kaptan),
pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya dengan disertai pengawalan, pendampingan dan koordinasi (Direktorat Budidaya Kabi Ditjen Tanaman Pangan,
2010).
Penentuan jarak tanam tergantung pada
daya tumbuh benih, kesuburan tanah, musim dan varietas yang ditanam. Benih dapat ditanam pada jarak tanam yang lebih rapat
apabila daya tumbuh benih agak rendah, pada tanah yang tandus, varietas yang
batangnya tidak panjang dan penanaman pada musim kemarau, sedangkan benih dapat
ditanam pada jarak tanam yang lebih renggang apabila ditanam pada tanah yang
subur dan varietas yang banyak bercabang (Murinnie, 2007).
Hasil penelitian Sutrisno
(2004), perlakuan jarak tanam 20 x 30 cm dengan ukuran plot 2,8 x 1,6 m
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah. yaitu 530,842 g
polong kering atau 384,833 g biji kering per plot, sedangkan terendah pada
jarak tanam 20x20 cm yaitu 421,608 g polong kering atau 313,05 g biji kering
per plot.
Bokashi jerami pupuk kandang sangat baik
digunakan untuk melanjutkan proses pelapukan mulsa dan bahan organik lainnya di
lahan pertanian. Bokashi jerami juga sesuai untuk diaplikasikan di lahan sawah. Bokashi jerami
merupakan hasil olahan jerami padi dan
pupuk kandang dengan EM-4. Bokashi mempunyai banyak
keunggulan jika dibandingkan dengan pupuk organik sejenis lainnya, yaitu pembuatannya melalui proses fermentasi
yang akan
mempercepat dekomposisi sehingga hara yang dikandungnya cepat diserap tanaman, proses pembuatan
relatif lebih cepat yaitu hanya
membutuhkan waktu 4-7 hari jika dibandingkan pembuatan kompos yang
memakan waktu 3-4 bulan (Wididana & Muntoyah, 1999 cit.
Sedjati, 2006).
Hasil
penelitian Nur (2005), perlakuan dosis bokashi jerami padi berpengaruh terhadap
komponen pertumbuhan kedelai yang meliputi: jumlah daun, luas daun, berat
kering total tanaman dan jumlah bintil akar efektif. Demikian juga hasil dan
komponen yang meliputi jumlah cabang produktif, jumlah polong isi, berat
kering polong isi, berat kering 100 biji dan berat kering biji.
Pemanfaatan
lahan gambut untuk budidaya tanaman dihadapkan pada beberapa masalah termasuk
diantaranya pH yang rendah, drainase yang buruk, tingkat dekomposisinya,
aktivitas mikroorganismenya menurun, dan ketersediaan unsur hara yang rendah
terutama N, P, K, Ca, Mg serta unsur hara mikro seperti Cu dan Zn. Agar lahan
gambut dapat diusahakan untuk budidaya pertanian, tahap awal yang perlu dilakukan
adalah mengatur tata air terutama untuk membuang kelebihan air. Usaha lain yang
dapat dilakukan adalah dengan menurunkan derajat keasaman tanah dengan cara
pemberian kapur. Pemberian kapur ditujukan untuk meningkatkan pH tanah menjadi
pH yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Pengapuran dapat menetralkan
senyawa-senyawa beracun baik organik maupun anorganik. Sedangkan pemupukan
dilakukan untuk memberikan tambahan unsur hara dalam jumlah yang cukup
(Anggita, 2007).
Lahan
gambut di Riau pada umumnya oleh masyarakat digunakan sebagai lahan pertanian,
bahkan pada akhir-akhir ini pembukaan lahan semakin meningkat akibat kebutuhan
untuk usaha pertaniaan baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan.
Namun demikian, keberhasilan pemanfaatan gambut sebagai usaha budidaya masih
jauh dari yang diharapkan karena terkendala oleh sifat-sifat tanah gambut serta
teknologi reklamasi yang diterapkan belum memadai.
Berdasarkan
keadaan di atas maka penulis akan melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Bokashi
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) di Lahan Gambut”
1.2. Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1. Mengetahui pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan
dan hasil kacang tanah di lahan gambut.
2. Mengetahui pengaruh
pemberian dosis pupuk bokashi terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah di lahan gambut.
3. Mengetahui
pengaruh interaksi antara jarak tanam dengan dosis pupuk bokashi terhadap
pertumbuhan dan hasil kacang tanah
di lahan gambut.
1.3.
Hipotesis
1.
Jarak tanam yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah di lahan gambut.
2.
Pemberian dosis pupuk bokashi yang berbeda
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
tanah di lahan gambut.
3. Interaksi jarak tanam dan pupuk bokashi berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah di lahan gambut.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Tanaman
Kacang Tanah
Secara
garis besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan
menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya kebanyakan lurus atau sedikit
miring ke atas. Umumnya para petani lebih suka dengan tipe tegak karena berumur
pendek berkisar 100-120 hari, sehingga lebih cepat panen (Santoso, 1998).
Kacang tanah tipe menjalar percabangannya tumbuh ke samping, tetapi
ujung-ujungnya mengarah ke atas dan umur panennya berkisar antara 180 - 210
hari (Adisarwanto, 2000).
Tanaman
kacang tanah merupakan tanaman yang tersusun atas 3 bagian utama yaitu akar (radix), batang (caulis) dan daun (folium).
Sedangkan bagian organ lain seperti bunga (flos),
buah (frucus) dan biji (semen) merupakan bagian reproduktif dari
tanaman kacang tanah (Suprapto, 1999).
Perakaran
kacang tanah banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai dua
meter (Purwono & Purnamawati, 2007). Kacang tanah berakar tunggang dengan akar
cabang yang tumbuh tegak lurus pada akar tunggang tersebut. Akar cabang ini
mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat
penyerap. Akar-akar ini dapat mati dan dapat juga menjadi akar yang permanen.
Bila menjadi akar permanen, maka akan berfungsi kembali sebagai penyerap
makanan (Suprapto, 1999).
Batang
tanaman kacang tanah berukuran pendek, berbuku-buku dengan tipe pertumbuhan
tegak atau merumpun. Pada awalnya batang tumbuh tunggal, namun lambat laun
bercabang banyak seolah-olah merumpun. Tinggi tanaman berkisar antara 30–50 cm
atau lebih tergantung jenis atau varietas kacang tanah (Rukmana, 1998).
Daun kacang tanah adalah
daun majemuk bersirip genap, terdiri atas empat anak daun yang bentuknya bulat,
elip atau agak lancip dan berbulu. Bunga kupu-kupu, tajuk 4 daun berjumlah 5
dan 2 di antaranya bersatu berbentuk seperti perahu. Mahkota bunga berwarna
kuning
kemerahan. Buah berbentuk polong berada di dalam tanah. Buah berisi
1-4 biji sesuai varietas, kulit tipis ada yang berwarna putih dan ada yang
merah serta biji berkeping dua (Balai Pengkajian Tanaman Pangan, 2006).
Bunga
berbentuk kupu-kupu berwarna kekuning-kuningan dan bertangkai panjang yang
tumbuh dari ketiak daun. Fase berbunga biasanya berlangsung setelah tanaman
berumur 4-6 minggu. Bunga kacang tanah menyerbuk sendiri (selfing) pada malam hari dan hanya 70-75 % yang membentuk bakal
polong (ginofora). Bunga mekar selama
24 jam kemudian layu dan gugur (Nurbailis, 2001 cit. Hasibuan, 2009).
Kacang
tanah berbuah polong. Polong kacang tanah berkulit keras dan berwarna putih
kecoklatan dan setiap polong mempunyai 1-4 biji. Polong terbentuk setelah
terjadi pembuahan. Bakal buah tersebut tumbuh memanjang, hal ini disebut
ginofora yang akan menjadi tangkai polong. Ginofora terbentuk diudara,
sedangkan polong terbentuk di dalam tanah. Biji kacang tanah berbentuk agak
bulat sampai lonjong, terbungkus kulit biji tipus berwarna putih, merah dan
ungu (Marzuki, 2007).
Kacang
tanah dapat tumbuh baik pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut (Fachruddin,
2000). Untuk pertumbuhan yang baik tanaman kacang tanah membutuhkan suhu antara
250-300 C. Curah hujan waktu tanam selama dua bulan
pertama yang baik adalah antara 1-250 mm/bulan. Tanah yang dikehendaki untuk
tumbuh baik adalah tanah regosol, andosol, latosol, dan alluvial (tanah subur)
dengan pH tanah 6–6,5, drainase baik serta memerlukan air yang cukup (Marzuki,
2007).
2.2. Jarak Tanam
Usaha
untuk memperbaiki hutan bekas tebangan adalah dengan melakukan penanaman jenis
komersial dengan melakukan penanaman tertentu yang dapat mempercepat
pertumbuhan tanaman. Salah satu teknik penanaman tersebut adalah dengan
mengatur jarak tanam atau kerapatan tanaman. Jarak tanam akan mempengaruhi efektivitas
penyerapan unsur hara oleh tanaman. Semakin rapat jarak tanam semakin banyak
populasi tanaman per satuan luas, sehingga persaingan hara antar tanaman
semakin ketat. Akibatnya pertumbuhan tanaman akan terganggu dan produksi per
tanaman akan turun (Mawazin, 2008).
Jarak
tanam kacang tanah, tergantung pada kesuburan tanahnya. Penanaman benih dapat
dilakukan dalam alas sedalam 3-4 cm. Jarak tanam pada tanah yang subur atau
tanah yang banyak mengadung unsur hara agak jarang, yaitu 40x20 cm atau 30x20
cm. Sementara itu, jarak tanam pada tanah yang kurang subur lebih rapat yaitu
30x10 cm atau 20x20 cm (Marzuki, 2007).
Pemanfaatan
air dan unsur hara secara optimal dapat mengurangi kompetisi antar tanaman. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam kacang tanah. Pengaturan
jarak tanam kacang tanah, diharapkan secara sinergis positif menciptakan
kondisi yang kondusif untuk pertumbuhan yang pada gilirannya hasil tanaman
dapat lebih meningkat mendekati potensi hasil tanaman kacang tanah yang optimal
(Adisarwanto, 2000 cit. Kadekoh,
2007).
Menurut Kadekoh
(2007), makin lebar jarak tanam dalam baris kacang tanah, jumlah polong isi per
tanaman makin banyak. Jumlah polong isi terbanyak dicapai pada jarak tanam
40x30 cm, dan jumlah polong isi paling sedikit dihasilkan pada jarak tanam 40x5
cm.
2.3. Pupuk Bokashi
Bokashi
adalah salah satu kata dari bahasa Jepang yang berarti bahan organik yang telah
difermentasikan. Bokashi dibuat dengan memfermentasikan bahan organik seperti
(sekam padi, jerami, sebuk gergaji, limbah
pasar) dengan EM-4. Penggunaan effektive
microorganism (EM-4) merupakan salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan
jumlah mikroorganisme di dalam tanah, karena EM-4 merupakan inokulum mikroba
yang dapat digunakan untuk membantu proses dikomposisi bahan organik. EM-4
tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya dan sudah tersedia di dalam tanah
sehingga tidak akan merusak lingkungan (Higa, 2000 cit. Candra, 2009).
Pupuk
mempunyai peranan sangat penting terhadap budidaya tanaman. Tanaman membutuhkan
pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan hara agar dapat tumbuh serta
berkembang dengan baik (Redaksi Agromedia, 2007).
Pemberian pupuk organik dapat menambah cadangan unsur hara di
dalam tanah, memperbaiki struktur tanah dan menambah kandungan bahan organik
tanah. Pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah diantaranya dapat memperbaiki pH
tanah, meningkatkan kandungan C-organik meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah karena bahan
organik mempunyai daya serap
kation yang lebih besar dari
pada koloid liat dan dapat
melepaskan fosfat (P) dari fosfat (P) terfiksasi menjadi
P-tersedia bagi tanaman (Sudirja, 2006).
Lingga & Marsono (2007), ada beberapa kelebihan dari pupuk
organik, sehingga pupuk organik ini sangat disukai petani. Pupuk organik dapat
memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air,
menaikan kondisi kehidupan mikroorganisme di dalam tanah dan sebagai sumber zat
makanan bagi tanaman.
Bahan organik mempunyai pengaruh
terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu bahan
organik juga berperan terhadap pasokan hara dan ketersediaan fosfat (P). Pengaruh bahan organik terhadap
sifat fisik tanah adalah terhadap peningkatan porositas tanah. Penambahan bahan
organik akan meningkatkan pori total tanah dan menurunkan berat volume tanah.
Penambahan bahan organik juga akan meningkatkan kemampuan tanah menahan
air sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Sedjati, 2006).
Wididana (1993), dalam 100 g
bokashi mengandung unsur Nitrogen 4,96%; Fosfor 0,34%; Kalium 1,90%; Protein 30,20%;
Karbohidrat 22,96%; Lemak 11,21; Gula 15,75%; Alkohol 14,02% mg/100 g, Vitamin C
0,46% mg/100 g, dan asam amino. Manfaat bahan organik fermentasi (bokashi)
adalah bisa langsung digunakan sebagai pupuk organik, tidak panas, tidak berbau
busuk, tidak mengandung penyakit dan tidak membahayakan pertumbuhan dan
produksi tanaman.
Jenis
bokashi dari kotoran ternak yang difermentasikan oleh effective microorganism (EM-4) yang diberikan ke dalam tanah dapat
melepaskan hasil fermentasi yang mengandung gula, vitamin, asam laktat, asam
amino dan senyawa organik lainnya yang mudah diserap oleh perakaran tanaman.
Fermentasi bahan organik tidak melepaskan panas dan gas yang berbau busuk
sehingga hama tidak tertarik untuk bertelur atau menetaskan telurnya pada
kondisi tanah tersebut. Hal ini menyebabkan siklus hidup hama menjadi terputus
(Munasmar, 2003).
Hasil
penelitian Syahrizal (2007), pemberian pupuk bokashi terhadap kacang tanah dengan
ukuran plot 2 x 2 m secara umum dapat meningkatkan berat biji per plot dibandingkan
kontrol. Pemberian bokashi dengan dosis 30 ton/ha menghasilkan biji per plot
tertinggi yaitu 1397,30 g dan berbeda nyata dengan perlakuan yang lain yaitu
dari perlakuan dosis 10 ton/ha, 15 ton/ha, 20 ton/ha dan 25 ton/ha. Sedangkan
tanaman yang tidak diberi bokashi dari biji kering per plot yang dihasilkan
adalah yang terendah yaitu hanya 788,30 g. Perbedaan yang terjadi pada
pengamatan produksi biji kering per plot dipengaruhi oleh unsur hara yang
dikandung bokashi sudah mencukupi untuk proses pembentukan biji kering per
plot.
2.4. Tanah Gambut
Gambut
merupakan akumulasi sisa-sisa tanaman yang mengalami humifikasi lebih besar
dari mineralisasi pada kadar air yang berlebihan dan membentuk endapan-endapan
yang mengandung bahan organik dalam persentase (%) yang sangat tinggi. Lahan gambut
mempunyai kandungan bahan organik lebih besar dari 20 % atau mempunyai
ketebalan bahan organik lebih besar dari 50 cm (Darmawi, 1999 cit. Fauzi, 2010).
Keasaman
tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen yang beredar di dalam
tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen (H+) itu dalam tanah
terlalu tinggai maka tanah tersebut asam. Sebaliknya, bila kepekatan ion
terlalu rendah maka tanah tersebut basa. Pada kondisi ini kadar kation OH-
lebih tinggi dari ion H+ (Lingga & Marsono,
2007).
Hidrogen
(H) merupakan bagian penting setiap asam. Pada tanah asam, hidrogen (H) yang bergabung
dipermukaan partikel halus, liat dan humus disebut koloid. Koloid tidak
membentuk larutan asli di dalam air, seperti gula dan garam, melainkan
membentuk suspensi yang lebih atau kurang stabil. Dalam situasi seperti ini
pengapuran perlu dilakukan (Kuswandi, 1993).
Pengukur
tingkat pH tanah dapat dilakukan dengan cara titrasi di laboratorium untuk
menggunakan alat-alat pengukur yang praktis dan banyak dijual dipasaran, misalnya
kertas pH atau kertas lakmus, soil tester.
Kondisi keasaman tanah sangat mempengaruhi kesuburan tanah. Pada kondisi
netral, reaksi kimia tanah akan berlangsung baik sehingga unsur-unsur hara yang
bermanfaat dapat tersedia. Sementara zat-zat beracun yang terlarut di dalam
tanah akan menurun. Dalam prakteknya keasaman tanah yang baik untuk tanaman
tidak harus tepat diangka 7, tetapi bisa dalam kisaran pH 5,5 - 7,5. Hal ini
tergantung kepada jenis tanaman yang dibudidayakan (Redaksi Agromedia, 2007).
Salah
satu cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi kendala dalam pemanfaatan lahan
gambut adalah dengan pemberian kapur pertanian. Pengapuran pada lahan gambut
membantu akumulasi nitrogen, meningkatkan kejenuhan basa, pertumbuhan dan
aktivitas mikroba. Perbaikan drainase dan aplikasi kapur dalam bentuk dolomit
untuk meningkatkan pH tanah, akan mempercepat proses mineralisasi dan
ketersediaan hara pada tanah gambut tersebut (Hidayat,
2001 cit. Simanjuntak,
2007).
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto. 2000. Meningkatkan
Kacang tanah di Lahan Sawah dan Kering. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hal.
Anggita, T. 2007. Pengaruh Pemberian Super Dolomit dan
Unsur Fosfor (P) Terhadap Pertumbuhan dan Peroduksi Kacang Hijau. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Riau. Pekanbaru.
Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. 2006. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Sulawesi Utara. 29 hal.
Candra, M. Y. 2009. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kailan (Brassica alboglabra L.) Dengan Pemberian Berbagai Jenis Bokashi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Riau. Pekanbaru.
Direktorat Balitkabi Ditjen Tanaman Pangan. 2010. Pengembangan Kacang-kacangan dan umbi-umbian
Tahun 2010. Jakarta. 55 Hal.
Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang-Kacangan. Kanisius. Yogyakarta. 118 hal.
Fauzi. 2010. Uji Beberapa Jenis Microorganisme
Selulolitik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L.) di Lahan Gambut. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.
Fransiscus. 2006. Pemberian Beberapa Pupuk Organik
terhadap Pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Skripsi.
Universitas Riau. Pekanbaru. 40 hal.
Gardner, P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI. Jakarta.
248 hal.
Hasibuan, P.P. 2009. Pengaruh Pemberian Abu Janjang
Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Riau. Pekanbaru. 35 hal.
Jumin, H. B. 2002. Agronomi.
PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 216 hal.
Kadekoh, I. 2007. Komponen Hasil dan Hasil Kacang
Tanah Berbeda Jarak Tanam Dalam Sistem Tumpangsari Dengan Jagung Yang
Didefoliasi pada Musim Kemarau dan Musim Hujan. Jurnal Agroland. Staf Pengajar pada Program Studi Agronomi Fakultas
Pertanian Universitas Tadulako. Palu. 14 (1): 11-17.
Kuswandi. 1993. Pengapuran
Tanah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. 92 hal.
Lingga, P. dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.
Mattjik, A.A. dan Sumertajaya, I.M. 2006. Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. IPB Press. Bogor. 276 hal.
Martalena, L.
2008. Aplikasi Tricho Kompos dan Pupuk Anorganik
terhadap Komponen Produksi Kacang Tanah. Skipsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.
Marzuki, R. 2007. Bertanam
Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 43 hal.
Mawazin dan S. Hendi.
2008. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Diameter (Shorea parvifolia Dyer). Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Hutan. Pusat Litbang dan Konservasi Alam. 5
(4): 381-388.
Murinnie, E.D. 2007. Analisis Pertumbuhan
Kacang Tanah dan Pergeseran Komposisi Gulma pada Frekuensi Penyiangan dan Jarak
Tanam Yang Berbeda. Laporan Penelitian. Staf
Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus.
Munasmar, E.I. 2003. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. 98 hal.
Nur, M. 2005. Pengaruh Dosis bokashi Jerami
Padi dan Pemberian EM-4 Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max L) Varietas Tamponas. Laporan
Penelitian. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Nanggro Aceh Darusalam.
Nurman, Kaimudin dan Yusran. 2005. Pertumbuhan dan
Produksi Tiga Varietas Kacang Tanah pada Berbagai Jarak Tanam. Jurnal Agrivigor. Staf Dosen dan
Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian Fapertahut Unhas. 4 (3): 164-172.
Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 139
hal.
Redaksi Agromedia. 2007. Cara Praktis Membuat Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta. 58 hal.
Redaksi Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. 100 hal.
Rukmana, R. 1998. Kacang
Tanah. Kanisius. Yogyakarta. 78 hal.
Santoso, B.H. 1998. Kacang Asin. Kanisius. Yogyakarta. 67 hal.
Sedjati, S. 2006. Kajian
Pemberian Bokashi Jerami Padi Dan Pupuk
P Pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Laporan Penelitian. Fakultas
Pertanian Universitas Muria Kudus.
Simanjuntak, N.B.L. 2007. Respon Tanaman kedelai (Glycine max (L) Merril)
terhadap perbedaan dosis berbagai jenis kapur di Tanah Gambut. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.
Soedjono. 2006. Kacang-kacangan.
PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 47 hal.
Sudirja, R., Muhamad A.S. dan S. Rosniawaty.
2006. Respons Beberapa Sifat Kimia Fluventic
Eutrudepts Melalui Pendayagunaan Limbah Kakao dan Berbagai Jenis Pupuk Organik. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Suprapto. 1999. Bertanam
Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 32 hal.
Sutrisno. 2004. Studi Dosis Pupuk dan Jarak Tanam
Kacang Tanah. Laporan Penelitian.
Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati. 30 hal.
Syahrizal, D. 2007. Pengaruh Pemberian Bokashi Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.
Wididana, S. 1993. Teknologi
Efektif Mikroorganisme (EM-4). Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan.
Jakarta. 55 hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar