Social Icons

Kamis, 19 Desember 2013

Pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk NPK (16:16:16) terhadappertumbuhan dan hasil semangka (Citrullus vulgaris L.)varietasbaginda F1 di lahan gambut”.



I. PENDAHULUAN

           

1.1.       Latar Belakang
Semangka (Citrullus vulgaris,L.) atau dalam bahasa Inggris disebut watermelon kerabat dekat dengan buah melon (Cucumis melo,L.) termasuk dalam keluargalabu-labuan (Cucurbitaceae). Seperti halnya keluarga labu-labuan, tanaman ini berasal dari Afrika Tropik  (Wihardjo, 1993). Buah semangka banyak digemari orang terutama karena rasanya manis, daging buah berwarna merah atau kuning menarik, serta banyak mengandung air (93%). Tujuh persen lainnya berupa vitamin, mineral dan karbohidrat dalam bentuk gula (Kalie, 1991). Usaha tani semangka memberikan keuntungan bagi petani karena umurnya pendek, hasilnya tinggi dan pemasarannya mudah.
Indonesia mempunyai iklim tropis, sehingga sangat cocok untuk membudidayakan tanaman hortikultura. Sebagaimana diketahui bahwa selain  didukung oleh iklim, Indonesia juga mempunyai lahan pertanian yang sangat luas yang sangat memungkinkan untuk memproduksi hasil pertanian dalam jumlah besar. Tanaman semangka merupakan salah satu tanaman unggulan yang perlu mendapatkan perhatian diantara tanaman-tanaman hortikultura. Buah semangka mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan tanaman hortikultura pada umumnya. Hal ini memberi banyak keuntungan kepada petani atau pengusaha tanaman semangka, sehinggamemungkinkan adanya perbaikan tata perekonomian Indonesia, khususnya di bidang pertanian(Damayanti,2009).
Menurut Badan Pusat Statistik Riau (2011), produksi semangka di Provinsi Riau dari bulan Januari sampai Desember (2011) hanya 9,602 ton/ha. Kebutuhannya masih jauh lebih tinggi dibanding produksinya. Untuk memenuhi kebutuhan semangka ini, Provinsi Riau masih banyak memasok dari provinsi tetangga, misalnya dari Sumatera Barat yang produksinya sebesar 11,867 ton/ha dan Sumatera Utara yang produksinya sebesar 43,205 ton/ha.Rendahnya produksi semangka di Riaudisebabkan adanya pandangan petani yang menganggap tanaman semangka sebagai tanaman sampingan dan masih rendahnya teknik budidaya semangka dikalangan petani Riau. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya peningkatan produksi semangka.
Menurut Badan Pusat Statistik Riau (2012), luas lahan tanah gambut di Propinsi Riau pada tahun 2012 mencapai 4 juta hektar, dan 1,7 hektar yang dilindungi, dan sisanya itu yang bisa diolah. Berdasarkan data tersebut, dapat dilakukan usaha peningkatan produksi semangka di Riau ini, misalnya dengan melakukan ekstensifikasi dengan memanfaatkan lahan gambut.
Lingga & Marsono (2007) menyatakan, salah satu usaha agar tanaman dapat tumbuh baik pada tanah gambut yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi adalah dengan pemberian kapur yang berguna untuk menetralkan pH tanah tersebut. Selain pengapuran, pemupukan juga sangat diperlukan untuk peningkatan hasil tanaman. Pada masa pertumbuhan tanaman memerlukan unsur hara nitrogen (N), fosfor (P) dankalium (K).Lahan gambut merupakan lahan yang memiliki tingkat kemasaman yang tinggi, maka petani selalu menambahkan abu hasil pembakaran dari sisa tanaman, rumput-rumputan dan serasah gambut. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman dilakukan penambahan pupuk organik dan anorganik baik berupa pupuk tunggal maupun pupuk majemuk, salah satu jenis pupuk majemuk adalah NPK mutiara.
Unsur NPK ini sangat diperlukan bagi tanaman semangka baik untuk mendukungpertumbuhan maupun hasil. Pupuk NPK adalah pupuk majemuk yang sudah diramu sedemikian rupa oleh pabrik, sehingga dapat langsung digunakan. NPK adalah tiga unsur hara yang mutlak harus ada dan dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak,sehingga sejak dahulu pupuk yang diproduksi diutamakan  yang mengandung nitrogen, fosfordan kalium (N,P,K)  (Lingga & Marsono, 2007).
Berdasarkan penelitian Sudjianto dan Krestiani (2009), perlakuan pemupukan NPK pada dosis 80g/tanaman, memberikan hasil terbaik pada tanaman melon terlihat dari berat buah per tanaman, per petak dan kadar gula tertinggi.Pupuk NPK mempunyai peranan untuk memacu dan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, namun dalam aplikasinya tidak boleh berlebihan agar memberikan hasil yang optimal.
Hasil penelitian Ariani (2009), tentang uji NPK (16:16:16) dan berbagai mulsa pada tanaman cabai menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Jumlah buah pertanaman dan berat buah pertanaman semakin meningkat dengan semakin tingginya dosis pupuk NPK yang diberikan pada berbagai jenis mulsa. Pemberian pupuk NPK 250 kg/ha yang disertai dengan mulsa tandan kosong kelapa sawit dan sekam padi secara nyata menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk NPK (16:16:16) terhadappertumbuhan dan hasil semangka (Citrullus vulgaris L.)varietasbaginda F1 di lahan gambut”.
1.2.       Tujuan
Penelitian ini bertujuanuntuk mendapatkan dosis pupuk NPK yang terbaik  pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil semangka (Citrullus vulgaris L.)varietas  bagindaF1 di lahan gambut.

1.3.    Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah mendapatkan data mengenai pengaruh pemberian pupuk NPK (16:16:16) terhadap pertumbuhan dan hasiltanaman semangka (Citrullus vulgaris L.) di lahan gambut.

1.4.       Hipotesis
Pemberianbeberapa dosis pupuk NPK (16:16:16) memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil semangka (Citrullus vulgaris L.) varietas baginda F1 di lahan gambut.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.    Tinjauan Umum Semangka
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat.Semangka berasal dari daerahkering tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang pesat ke berbagainegara-negara seperti Afrika Selatan, Cina, Jepang dan Indonesia (Damayanti,2009).Menurut Prajnanta (2003), klasifikasi tanaman semangka sebagai berikut: Divisio: Spermatophyta, Sub-divisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Sub-kelas: Sympetalae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae, Genus: Citrullus, Spesies: Citrullus vulgaris L.
Secara garis besar, dari sekian banyak varietas yang beredar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu semangka tidak berbiji dan semangka berbiji. Semangka tidak berbiji termasuk golongan hibrida, sedangkan semangka berbiji dapat digolongkan ke dalam semangka hibrida dan bukan hibrida (lokal) (Duljapar & Setyowati., 2000).Menurut Wirakusumah (1994), kandungan gizi didalam 100g semangka antara lain: kalori 28,0 kal; protein 0,1g; lemak 0,2 g; karbohidrat 7,2 g; kalsium 6,0 mg; fosfor 7,0 mg; besi 0,2 mg; vitamin A 50,0 s.1; vitamin B1 0,02 mg; vitaminB2 0,03 mg; vitamin C 7,0 mg; niacin 0,2 g; serat 0,5 g dan air 9,21 g.

2.2.    Syarat Tumbuh Semangka
Duljapar & Setyowati (2000) menjelaskan bahwa di samping tempat berpijaknya tanaman, tanah pun dapat berfungsi sebagai tempat penyedia bahan organik yang dapat diserap tanaman melalui akar. Secara umum semangka butuh tanah yang gembur sedikit berpasir dan cukup tinggi mengandung bahan organik.Oleh karena sistem perakarannya agak dalam (lebih dari 20 cm) maka solum tanah pun harus sedang namun semangka juga dapat tumbuhpada tanah sawah, semangka relatif akan tumbuh baik pada jenis tanah regosol, andosol, latosol dan podzolik.Tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah porous (sarang) sehingga mudah membuang kelebihan air.
Kemasaman (pH) tanah optimal bagi semangka agar dapat tumbuh baik  berkisar 6,5-7,2. Agar diperoleh kondisi pH optimal tersebut, tanah yang bersifat masam (pH kurang dari 6) perlu diberi kapur.Adapun jenis kapur yang umumnya digunakan adalah kalsit atau dolomit. Biasanya tanah bersifat masam tidak dapat menyerap unsur fosfor (P) karena terikat unsur besi (Fe), alumunium (Al), dan mangan (Mn) serta dapat memacu perkembangan penyakit seperti fusarium dan rebah semai(Duljapar & Setyowati, 2000).
Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan semangka adalah curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 40-50 mm/bulan. Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit sampai tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya kemunduran waktu panen. Tanaman semangka dapat tumbuh dan berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu kurang lebih 25°C pada siang hari. Kelembaban udara cenderung rendah bila sinar matahari menyinari areal penanaman. Kondisi demikian cocok untuk penanaman semangka. Jika kelembaban udara tinggi akan menyebabkan tumbuhnya jamur yang akan merusak tanaman semangka. Ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 100-300 m dpl, namun dapat juga ditanam pada ketinggian di bawah 100 m dpl dan di atas 300 m dpl (Duljapar & Setyowati, 2000).
2.3.    Pengaruh NPK Terhadap Tanaman
Menurut Sutedjo, (2010)cit. Wersa (1994), pemupukan mempunyai dua tujuan, yaitumengisi perbekalan zat makanan tanaman yang cukup dan memperbaiki atau memelihara kondisi tanah.Pupuk majemuk mengandung dua atau lebih hara tanaman (makro maupun mikro). Pupuk tersebut mempunyai nama dagang yang berbeda-beda, tergantung pada pabrik pembuatnya. Pupuk yang ditujukan untuk komuditas bernilai ekonomi tinggi umumnya mengandung banyak hara tanaman, terutama N,P,K (Siregar& Marzuki 2011).
NPK Mutiara (16:16:16)  adalah pupuk dengan komposisi unsur hara yang seimbang dan dapat larut secara perlahan-lahan sampai akhir pertumbuhan.Jumlah kebutuhan pupuk untuk setiap daerah tidaklah sama tergantung pada varietas tanaman, tipe lahan, agroklimat, dan teknologi usahataninya. Oleh karena itu, harus benar-benar memperhatikan anjuran pemupukan agar jaminan peningkatan produksi per hektar dapat tercapai (Rukmi, 2010).
Novizan (2007), menyatakan jenis pupuk majemuk yang mengandung hara makro berimbang yaitu NPK Mutiara (16:16:16). Menurut Lingga & Marsono (2007), pupuk ini berbentuk padat mempunyai sifat lambat larut sehingga diharapkan dapat mengurangi kehilangan hara melalui pencucian, penguapan dan pengikatan menjadi senyawa yang tidak tersedia bagi tanaman. Warnanya kebiru-biruandenganbutiranmengkilapsepertimutiara.
PemanfaatanNPK(16:16:16)memberikanbeberapakeuntungan,diantaranyakandungan haranya lebih lengkap, pengaplikasiannya lebih efisien dari segi tenaga kerja, sifatnya tidak terlalu higroskopis sehingga tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal. Pupuk ini baik digunakan sebagai pupuk awal maupun pupuk susulan saat tanaman memasuki fase generatif (Novizan, 2007).
Harga pupuk yang semakin mahal membuat biaya produksi semakin meningkat.Untuk mengurangi biaya produksi serta meningkatkan kualitas lahan dan hasil tanaman salah satu kemungkinannya adalah dengan pemberian pupuk majemuk NPK.Keuntungan menggunakan pupuk majemuk adalah penggunaannya yang sangat sederhana, pengangkutan dan penyimpanan pupuk dapat menghemat waktu, ruangan dan biaya (Pirngadi & Abdulrachman, 2005).
Menurut Schwarz (1995), konsentrasi hara yang kurang menyebabkan  prosespertumbuhan dan perkembangan yang lambat dan secara visual menunjukkan gejala yang abnormal dalam warna dan struktur.
Hasil penelitian Ariani (2009) tentang uji NPK (16:16:16) dan berbagai mulsa pada tanaman cabai menunjukan hasil yang berbeda nyata. Jumlah buah per tanaman dan berat buah per tanaman semakin meningkat dengan semakin tingginya dosis pupuk NPK yang diberikan pada berbagai jenis mulsa.Pemberian pupuk NPK 250 kg/ha yang disertai dengan mulsa tandan kosong kelapa sawit dan sekam padi secara nyata nunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya.

2.4.    Lahan Gambut
Darmawi, (1999) cit. Fauzi, (2010) menjelaskan tanah gambut merupakan akumulasi sisa-sisa tanaman yang mengalami humifikasi lebih besar dari mineralisasi pada kadar air yang berlebihan dan membentuk endapan-endapan yang mengandung bahan organik dalam persentase yang sangat tinggi. Lahan gambut mempunyai kandungan bahan organik lebih besar dari 20% atau mempunyai ketebalan bahan organik lebih besar dari 50 cm.
Menurut Agus & Subiksa (2008), bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa atau daerah cekungan yang drainasenya buruk.Kemasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekaan ion hidrogen yang beredar di dalam tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen (H+) itu dalam tanah terlalu tinggi maka tanah tersebut asam.Sebaliknya, bila kepekatan ion terlalu rendah maka tanah tersebut basa (Lingga& Marsono, 2007).
Lahan gambut yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan disarankan pada gambut dangkal (< 100 cm). Dasar pertimbangannya adalah gambut dangkal memiliki tingkat kesuburan relatif lebih tinggi dan memiliki resiko lingkungan lebih rendah dibandingkan gambut dalam.Pengembangan pertanian pada lahan gambut menghadapi banyak kendala yang berkaitan sifat tanah gambut. Secara umum sifat kimia tanah gambut didominasi oleh asam-asam organik yang merupakan suatu hasil akumulasi sisa-sisa tanaman. Asam organik yang dihasilkan tersebut merupakan bahan yang bersifat racun bagi tanaman, sehingga mengganggu proses metabolisme tanaman yang akan berakibat langsung terhadap produktivitasnya. Sementara itu, secara fisik tanah gambut bersifat lebih berpori dibandingkan tanah mineral. Hal ini akan mengakibatkan cepatnya pergerakan air pada gambut yang belum terdekomposisi dengan sempurna, sehingga jumlah air bagi tanaman sangat terbatas (Agus & Subiksa, 2008).
Tanah gambut sebagai media tumbuh tanaman memerlukan berbagai input untuk menciptakan kondisi optimal bagi tumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan. Variasi input yang pernah dilakukan adalah pemberian pupuk P, Cu, pengapuran, pemberian abu, pupuk kandang ayam, pemberian tanah mineral, pengolahan tanah serta melakukan seleksi pada tanaman budidaya yang mampu beradaptasi pada lingkungan tanah gambut (Handayani, 2004).

III. BAHAN DAN METODE

3.1.    Tempat Dan Waktu
Penelitian inidilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No. 115 Km 18 Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan Pekanbaru.Penelitian berlangsung dari bulanJuni - Agustus 2012.

3.2.    Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih semangka varietasbaginda F1, (deskripsi pada Lampiran 1)mulsa plastik hitam perak, pupuk kandang ayam, polybagdan pupuk NPK (16:16:16).Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, parang, gembor, kamera digital dan alat tulis.

3.3.    Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 1 faktor  yaitu pemberian pupuk NPK yang terdiri dari 5 taraf dengan 3 ulangan.
Perlakuan tersebut adalah perbedaan NPK 16 : 16 : 16 dengan dosis sebagai berikut.
M0  =   0 g/tanaman
M1  =   30g/tanaman
M2  =   60 g/tanaman
M3  =   90 g/tanaman
M4  =   120g/tanaman
Jumlah unit percobaan 15 dengan populasi6 tanaman per bedengan, sehingga populasi seluruhnya berjumlah 90 tanaman. Bagan percobaan di lapangan dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.4.    Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Persiapan Lahan dan Pemberian Pupuk Dasar
Lahan penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman kemudian dilakukan pembalikan tanah. Pembalikan tanah harus merata pada seluruh areal penanaman. Pembalikan tanah dilakukan sedalam ±30 cm. Bedengan dibuat dengan ukuran 1,5x2,1m, tinggi 20 cm sebanyak 15 bedengan    dengan jarak antar bedengan 4 m. Drainase dibuat sebaik mungkin supaya air mudah mengalir untuk menghindari terjadinya pembusukan akar tanaman semangka. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang ayam dengan dosis20 ton/ha (6,3 kg/bedengan) yang diberikan satu minggu sebelum tanam.

3.4.2. Pembibitan
3.4.2.1.Pembuatan Tempat Pembibitan
Tempat pembibitan diletakkan di tempat yangaman dari gangguan hama agar bibit semangka yang disemai bisa tumbuh normal, kemudian diberi naungan untuk menghindari cahaya matahari langsung yang terlalu panasdan hujan yang dapat merusak pertumbuhan bibit. Naungan dibuat menghadap ke Timur dengan tinggi 1,25 m, bagian Barat 1 m. Lebar naungan 2 m, panjang 3 m dan ditutup dengan daun alang-alang sehingga sewaktu-waktu dapat dibuka bila diperlukan.



3.4.2.2.Medium Pembibitan
Pembibitan dilakukan di dalam polybag ukuran 8x10 cm dengan medium tanah lapisan atas, yang dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 dicampur merata.

3.4.2.3.Pengecambahan Benih
Sebelum disemaikan, benih direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diseleksi dengancara membuang benih-benih yang terapung, sedangkan yang tenggelam diambil. Selanjutnya benih direndam dalam larutan fungisida Benlate 0,5 g/liter air selama ±4 jam. Kemudian benih diangkat dan disusun di atas kain lembab dan digulung. Gulungan kain tersebut dimasukkan kedalam tempat tertutup selama ±24 jam. Setelah benih yang diperam berkecambah yang ditandai dengan keluarnya akar sepanjang 2-3 mm, benih siap disemai di polybag kecil yang telah diisi medium.

3.4.2.4.Pemeliharaan Bibit
Bibit dirawat dan dipelihara secara intensif terutama dalam hal penyiraman dan penyiangan terhadap gulma.Bibit semangka yang sudah berdaun 3 helai telah siap untuk dipindahkan ke lapangan.

3.4.3. Penanaman dan Jarak Tanam
Penanaman dilakukan 1 minggu setelah pemberian pupuk dasardenganjarak tanam (70 x 70)cm. Penanaman dilakukan dengan cara merobekpolybag pada bagian samping kemudian bibit beserta tanahnya dimasukkan dalam lubang tanam. Tanah disekitar bibit dipadatkan dan disiram hingga basah untuk membantu medium tanah menyatu dengan tanah disekelilingnya.
3.4.4. Pemberian Perlakuan NPK (16:16:16)
Pupuk NPK diberikan sesuai dengan dosis perlakuan sebanyak 2 kali yaitu saat tanaman berumur 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam. Pupuk diberikan dengan cara melubangi disisi kanan dan kiri lubang tanam dengan jarak ± 5 cmdari lubang tanam sedalam 5 cm. Setelah pupuk dimasukkan, lubang ditutup kembali. Perhitungan dosis pupuk dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.4.5. Pemeliharaan
3.4.5 .1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penyiraman ditiadakan apabila terjadi hujan lebatdan kondisi tanah masih lembab.

3.4.5.2. Penyiangan
Penyiangan secara manualdilakukan jika di dalam bedengan terdapat gulma, sedangkan untuk disekitar lahan penelitian  penyiangan dilakukan dengan cangkul/tangan. Tujuannyaagar tanaman semangka bebas dari gulma yang merugikan dan mengurangi potensi terkena hama dan penyakit.

3.4.5.3. Pemangkasan
Pemangkasan merupakan langkah membuang cabang – cabang yang tidak produktif dan membentuk percabangan optimum, kegiatan ini bertujuan untuk  menyeragamkan pertumbuhan tanaman, menjamin proses produksi berjalan maksimal,menekan resiko hama dan penyakit, serta merangsang tunas-tunas produktif.
3.4.6. Panen
   Tanaman semangka dipanen pada umur 51 hari setelah tanam. Ciri-ciri tanaman semangka yang siap dipanen adalah tangkai buah mengecil, tangkai  sudah tidak berbulu dan cenderung bergaris-garis coklat, warna buah mengkilat,sulur pada pangkal buah kecil dan sudah mengering,bagian buah yang terletak di atas landasan telah berubah warna dari putih menjadi kuning tua,  bila ditepuk buah yang telah tua terdengar nyaring.

3.5.    Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap setiap unit percobaan dengan sampel berjumlah sebanyak 3 tanaman. Parameter yang diamati adalah sebagai berikut:
1.       Panjang Tanaman (cm)
Pengukuran panjang tanaman dilakukan dengan cara mengukur dari pangkal batang sampai batang utama dengan menggunakan alat ukur meteran. Pengukuran panjang tanaman dilakukan pada saat panen.
2.       Jumlah Daun (helai)
Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung daun yang terdapat pada batang utama tanaman. Penghitungan jumlah daun dilakukan pada saat panen.
3.       Saat Muncul Bunga (hari)
Pengamatan umur muncul bunga betina pertama dilakukan dengan menghitung jumlah hari, mulai dari saat tanam sampai tanaman mengeluarkan bunga betina pertama ±75% dari populasi tanaman per bedengan.

4.       Umur Panen (hari)
Umur panen diperoleh setelah buah semangka memenuhi kriteria panen, dihitung sejak awal tanam hingga panen.
5.       Bobot Buah per Tanaman (kg)
Bobot buah diukur dengan menimbang setiap buah yang dipanen dari setiap tanaman sampel.
6.       Bobot Buah per Bedeng (kg)
          Bobot buah per Bedeng diperoleh dengan menimbang semua buah yang dipanen dari setiap bedeng.
7.       Lingkar Buah (cm)
Pengukuran lingkar buah dilakukan setelah panen, dengan cara melilitkan tali pada bagian tengah buah kemudian mengukur tali tersebut dengan meteran.
DAFTAR PUSTAKA

Agus,F. dan I.G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut : Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforesty Centre (ICRAF). Bogor. 36 hal.
Ariani, E. 2009. Uji Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 dan Berbagi Jenis Mulsa Terhadap Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annumL). Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pekanbaru. SAGU. 8(1) : 5-9.
Badan Pusat StatistikRiau. 2012. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Riau. Riau dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Pekanbaru. 518 hal.
Badan Pusat Statistik Riau.2011. Statistik Tanaman Sayuran dan Buah Buahan Semusim. Badan Pusat Statistik. Pekanbaru.73 hal.
Damayanti, M.N. 2009.Kajian Keberhasilan Pelaksanaan Kemitraan dalam MeningkatkanPendapatan Antara Petani Semangka di Kabupaten Kebumen JawaTengah Dengan CV Bimandiri. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 125 hal.
Duljapar, K. dan R.N. Setyowati.2000. Petunjuk Bertanam Semangka Sistem Turus. Penebar Swadaya. Jakarta. 79 hal.
East West Seed. Http: //www. eastwestindo. com. Diakses pada 12 April 2012 di Pekanbaru.

Erningpraja, L., L. Buana, Satyoso, S. Suyanto dan Z. Poeloengan. 1995. Kontribusi Pemupukan pada Masa TBM Terhadap Produksi dan Pertumbuhan Kelapa Sawit PadaTanah Dystropepts.Jurnal Penelitian Kelapa Sawi.t3(2): 101-118

Fauzi. 2010. Uji Beberapa Jenis Mikroorganisme Selulolitik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L.) di Lahan Gambut. Skripsi.Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.35 Hal.
Gardener, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta. 225 hal.
Hakim, N., Nyapka, Y. Lubis, S.G. Nugroho, R. Saul, A. Diha, G.B., Hong, dan Bailey.1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung. Lampung. 197 hal.

Hanafiah, K.A. 2007.  Dasar-dasar IlmuTanah.Jakarta: Raja Grafindo Persada. 21 hal.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Bogor: Akademika Pressindo. 92 hal.

Harjadi. 1999.Pengantar Agronomi. Gramedia.Jakarta. 205 hal.

Hastuti, S. 2001. Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta. 197 hal.

Handayani, I.P. 2004.Studi Pemanfaatan Gambut Asal Sumatera: Tinjauan Fungsi Gambut sebagai Bahan Ekstraktif, Media Budidayadan Peranannya dalam Retensi Carbon. Wetlands International. Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu. Sumatera. 232 hal.
Islami, T., dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah,  Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang.105 hal.

Kalie, M.B. 1991. Bertanam Semangka. Penebar Swadaya. Jakarta.77 hal.
Koswara, E. 2006. Teknik Percobaan Beberapa Jenis Pupuk Majemuk NPK pada Tanaman Tomat. Teknik Litkayasa Penyelia pada Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang. Bandung.Buletin Teknik Pertanian
11(1): 41-43.
Lakitan, B. 1992.Fisiologi Pertumbuhan dan Perkebunan Tanaman.Raja Grafindo Persada.Jakarta. 114 hal.
Lingga, P dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.
Loveless, R.A. 1988.Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. PT. Gramedia.Jakarta. 86 hal.

Marsono dan Sigit, P. 2002.Pupuk Akar Jenis danAplikasi. Jakarta. Penebar Swadaya. 55 hal.
Mattjik, A.A. danI.M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB Pres. Bogor.276 hal.
Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. 116 hal.
Nurtika, N. 2009. Respon Tanaman Tomat terhadap Penggunaan Beberapa Jenis Pupuk Majemuk NPK. Jurnal Agrivigor. 6(3) : 213-218.
Pirngadi, K. dan S. Abdulrachman. 2005. Pengaruh pupuk majemuk NPK (15-15-15) terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Balai Penelitian Tanaman Padi Subang. Jawa Barat. Jurnal Agrivigor. 4(3) : 188-197.
Prajnanta, F. 2003. Agribisnis Semangka Non-Biji. Penebar Swadaya. Jakarta. 192 hal.
Rukmi. 2010. Pengaruh Pemupukan Kalium dan Fosfat terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Muria, Kudus.
Sari, A.Y.N. 2009. Pengaruh Jumlah Buah dan Pangkas Pucuk (Toping) terhadap Kualitas Buah pada Budidaya Melon (Curcumis melo L.) dengan Sistem Hidroponik. Skripsi. Program Studi Hortikultura. FP-IPB.
Schwarz, M. 1995.Soils Culture Management. Springer-Verlag Berlin. Heidelberg. Germany.77 hal.
Siregar, A. datama N,P,K (embuatnya. Pupuk yang ditujukan untuk komuditas bernilai ekonomi tinggi umumnya mengandung banyak haran I. Marzuki. 2011. Efisiensi pemupukan urea terhadap serapan N dan peningkatan produksi padi sawah (Oryza sativa. L.). Jurnal Budidaya Pertanian. 7(2) : 107-112.
Sutedjo, M.M. 2010. Pupuk dan CaraPemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 174 hal.

Sudjianto, U dan V. Krestiani. 2009.Studi pemulsaan dan dosis NPK pada hasil buah melon (Cucumis melo L). JurnalSains dan Teknologi. 2(2): 7-18.
Sunarjono, H. 1996. Aneka Permasalahan Semangka dan Melon Beserta Pemecahannya. Penebar Swadaya. Jakarta. 118hal.

Sucipto. 2010. Efektifitas cara pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas sorghum manis (sorghum bicolor L. Moench). Jurnal Embryo. 7(2) : 67-74.

Wersa, W. 1994. Pengaruh Takaran dan Cara Penempatan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan, Komponen Hasil dan Hasil Kedelai (Glycine max L.) Merril). Skripsi. Universitas Borobudur. Jakarta. 55 hal.
Wihardjo,F.A.S. 1993.Bertanam Semangka. Kanisius. Yogyakarta. 107 hal.
Wirakusumah. 1994. Konsumsi perKapita Buah-buahan. Jakarta. 43 hal.

1 komentar:

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates