I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semangka (Citrullus vulgaris,L.)
atau dalam bahasa Inggris disebut watermelon
kerabat dekat dengan buah melon (Cucumis
melo,L.) termasuk dalam keluargalabu-labuan (Cucurbitaceae). Seperti halnya keluarga labu-labuan, tanaman ini
berasal dari Afrika Tropik (Wihardjo,
1993). Buah semangka banyak digemari orang terutama karena rasanya manis, daging
buah berwarna merah atau kuning menarik, serta banyak mengandung air (93%).
Tujuh persen lainnya berupa vitamin, mineral dan karbohidrat dalam bentuk gula
(Kalie, 1991). Usaha tani semangka memberikan keuntungan bagi petani karena umurnya
pendek, hasilnya tinggi dan pemasarannya mudah.
Indonesia mempunyai iklim tropis, sehingga sangat cocok untuk
membudidayakan tanaman hortikultura. Sebagaimana diketahui bahwa selain didukung oleh iklim, Indonesia juga mempunyai
lahan pertanian yang sangat luas yang sangat memungkinkan untuk memproduksi
hasil pertanian dalam jumlah besar. Tanaman semangka merupakan salah satu
tanaman unggulan yang perlu mendapatkan perhatian diantara tanaman-tanaman
hortikultura. Buah semangka mempunyai harga yang relatif lebih tinggi
dibandingkan tanaman hortikultura pada umumnya. Hal ini memberi banyak
keuntungan kepada petani atau pengusaha tanaman semangka, sehinggamemungkinkan
adanya perbaikan tata perekonomian Indonesia, khususnya di bidang
pertanian(Damayanti,2009).
Menurut Badan Pusat Statistik Riau (2011), produksi semangka di Provinsi Riau dari bulan Januari sampai Desember
(2011) hanya 9,602 ton/ha. Kebutuhannya masih
jauh lebih tinggi dibanding produksinya. Untuk memenuhi kebutuhan semangka ini,
Provinsi Riau masih banyak memasok dari provinsi tetangga, misalnya dari Sumatera
Barat yang produksinya sebesar 11,867 ton/ha dan Sumatera Utara yang
produksinya sebesar 43,205 ton/ha.Rendahnya produksi semangka di Riaudisebabkan adanya
pandangan petani yang menganggap tanaman semangka sebagai tanaman sampingan dan
masih rendahnya teknik budidaya semangka dikalangan petani Riau. Oleh karena
itu perlu dilakukan upaya peningkatan produksi semangka.
Menurut Badan Pusat Statistik Riau (2012), luas
lahan tanah gambut di Propinsi Riau pada tahun 2012 mencapai 4 juta hektar, dan 1,7 hektar yang dilindungi, dan sisanya
itu yang bisa diolah. Berdasarkan data tersebut, dapat
dilakukan usaha peningkatan produksi semangka di Riau ini, misalnya dengan melakukan
ekstensifikasi dengan memanfaatkan lahan gambut.
Lingga & Marsono (2007)
menyatakan, salah satu usaha agar tanaman dapat tumbuh baik pada tanah gambut
yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi adalah dengan pemberian kapur yang
berguna untuk menetralkan pH tanah tersebut. Selain pengapuran, pemupukan juga
sangat diperlukan untuk peningkatan hasil tanaman. Pada masa pertumbuhan
tanaman memerlukan unsur hara nitrogen (N), fosfor (P) dankalium (K).Lahan gambut
merupakan lahan yang memiliki tingkat kemasaman yang tinggi, maka petani selalu
menambahkan abu hasil pembakaran dari sisa tanaman, rumput-rumputan dan serasah
gambut. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman dilakukan
penambahan pupuk organik dan anorganik baik berupa pupuk tunggal maupun pupuk
majemuk, salah satu jenis pupuk majemuk adalah NPK mutiara.
Unsur NPK ini sangat
diperlukan bagi tanaman semangka baik untuk mendukungpertumbuhan maupun hasil.
Pupuk NPK adalah pupuk majemuk yang sudah diramu sedemikian rupa oleh pabrik,
sehingga dapat langsung digunakan. NPK adalah tiga unsur hara yang mutlak harus
ada dan dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak,sehingga sejak dahulu pupuk
yang diproduksi diutamakan yang
mengandung nitrogen, fosfordan kalium (N,P,K)
(Lingga & Marsono, 2007).
Berdasarkan penelitian
Sudjianto dan Krestiani (2009), perlakuan pemupukan NPK pada dosis 80g/tanaman,
memberikan hasil terbaik pada tanaman melon terlihat dari berat buah per tanaman, per petak dan kadar gula
tertinggi.Pupuk NPK mempunyai peranan untuk memacu dan meningkatkan pertumbuhan
dan hasil tanaman, namun dalam aplikasinya tidak boleh berlebihan agar memberikan
hasil yang optimal.
Hasil penelitian Ariani (2009), tentang uji NPK (16:16:16)
dan berbagai mulsa pada tanaman cabai menunjukkan hasil yang berbeda nyata.
Jumlah buah pertanaman dan berat buah pertanaman semakin meningkat dengan
semakin tingginya dosis pupuk NPK yang diberikan pada berbagai jenis mulsa.
Pemberian pupuk NPK 250 kg/ha yang disertai dengan mulsa tandan kosong kelapa
sawit dan sekam padi secara nyata menunjukkan hasil yang lebih baik
dibandingkan perlakuan lainnya.
Berdasarkan uraian
tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh pemberian
beberapa dosis pupuk NPK (16:16:16) terhadappertumbuhan dan hasil semangka (Citrullus vulgaris L.)varietasbaginda F1 di lahan gambut”.
1.2. Tujuan
Penelitian ini
bertujuanuntuk mendapatkan dosis pupuk NPK yang terbaik pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil semangka (Citrullus vulgaris L.)varietas bagindaF1 di lahan gambut.
1.3. Manfaat
Manfaat penelitian
ini adalah mendapatkan data mengenai pengaruh pemberian pupuk
NPK (16:16:16) terhadap
pertumbuhan dan hasiltanaman semangka (Citrullus vulgaris L.) di lahan gambut.
1.4. Hipotesis
Pemberianbeberapa dosis pupuk NPK (16:16:16)
memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil semangka (Citrullus vulgaris L.)
varietas baginda F1 di lahan gambut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Semangka
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba
yang tumbuh merambat.Semangka berasal dari daerahkering tropis dan subtropis
Afrika, kemudian berkembang pesat ke berbagainegara-negara seperti Afrika
Selatan, Cina, Jepang dan Indonesia (Damayanti,2009).Menurut Prajnanta (2003),
klasifikasi tanaman semangka sebagai berikut: Divisio: Spermatophyta, Sub-divisio: Angiospermae,
Kelas: Dicotyledonae, Sub-kelas: Sympetalae, Ordo: Cucurbitales, Famili:
Cucurbitaceae, Genus: Citrullus, Spesies: Citrullus
vulgaris L.
Secara garis besar, dari
sekian banyak varietas yang beredar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
semangka tidak berbiji dan semangka berbiji. Semangka tidak berbiji termasuk
golongan hibrida, sedangkan semangka berbiji dapat digolongkan ke dalam
semangka hibrida dan bukan hibrida (lokal) (Duljapar & Setyowati., 2000).Menurut Wirakusumah (1994), kandungan gizi didalam 100g semangka antara
lain: kalori 28,0 kal; protein 0,1g; lemak
0,2 g; karbohidrat 7,2 g; kalsium 6,0 mg; fosfor 7,0 mg; besi 0,2 mg; vitamin A
50,0 s.1; vitamin B1 0,02 mg; vitaminB2 0,03 mg; vitamin C 7,0 mg; niacin 0,2
g; serat 0,5 g dan air 9,21 g.
2.2. Syarat
Tumbuh Semangka
Duljapar &
Setyowati (2000) menjelaskan bahwa di samping tempat berpijaknya tanaman, tanah
pun dapat berfungsi sebagai tempat penyedia bahan organik yang dapat diserap
tanaman melalui akar. Secara umum semangka butuh tanah yang gembur sedikit
berpasir dan cukup tinggi mengandung bahan organik.Oleh karena sistem
perakarannya agak dalam (lebih dari 20 cm) maka solum tanah pun harus sedang
namun semangka juga dapat tumbuhpada tanah sawah, semangka relatif akan tumbuh
baik pada jenis tanah regosol, andosol, latosol dan podzolik.Tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah porous (sarang)
sehingga mudah membuang kelebihan air.
Kemasaman (pH) tanah optimal bagi semangka agar dapat tumbuh baik berkisar 6,5-7,2. Agar diperoleh kondisi pH
optimal tersebut, tanah yang bersifat masam (pH kurang dari 6) perlu diberi kapur.Adapun
jenis kapur yang umumnya digunakan adalah kalsit atau dolomit. Biasanya tanah
bersifat masam tidak dapat menyerap unsur fosfor (P) karena terikat unsur besi
(Fe), alumunium (Al), dan mangan (Mn) serta dapat memacu perkembangan penyakit
seperti fusarium dan rebah semai(Duljapar & Setyowati, 2000).
Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan semangka adalah curah
hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 40-50 mm/bulan. Seluruh
areal pertanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit sampai tenggelam. Kekurangan
sinar matahari menyebabkan terjadinya kemunduran waktu panen. Tanaman semangka dapat
tumbuh dan berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu kurang lebih 25°C
pada siang hari. Kelembaban udara cenderung rendah bila sinar matahari menyinari
areal penanaman. Kondisi demikian cocok untuk penanaman semangka. Jika
kelembaban udara tinggi akan menyebabkan tumbuhnya jamur yang akan merusak
tanaman semangka. Ketinggian tempat yang
ideal untuk areal penanaman semangka adalah 100-300 m dpl, namun dapat juga
ditanam pada ketinggian di bawah 100 m dpl dan di atas 300 m dpl (Duljapar & Setyowati, 2000).
2.3. Pengaruh NPK Terhadap Tanaman
Menurut Sutedjo, (2010)cit. Wersa (1994), pemupukan
mempunyai dua tujuan, yaitumengisi perbekalan zat makanan tanaman yang cukup
dan memperbaiki atau memelihara kondisi tanah.Pupuk majemuk mengandung dua atau
lebih hara tanaman (makro maupun mikro). Pupuk tersebut mempunyai nama dagang yang berbeda-beda, tergantung pada
pabrik pembuatnya. Pupuk yang ditujukan untuk komuditas bernilai ekonomi tinggi
umumnya mengandung banyak hara tanaman, terutama N,P,K (Siregar& Marzuki
2011).
NPK Mutiara (16:16:16)
adalah pupuk dengan komposisi unsur hara
yang seimbang dan dapat larut secara perlahan-lahan sampai akhir pertumbuhan.Jumlah
kebutuhan pupuk untuk setiap daerah tidaklah sama tergantung pada varietas
tanaman, tipe lahan, agroklimat, dan teknologi usahataninya. Oleh karena itu,
harus benar-benar memperhatikan anjuran pemupukan agar jaminan peningkatan
produksi per hektar dapat tercapai (Rukmi, 2010).
Novizan (2007), menyatakan jenis pupuk majemuk
yang mengandung hara makro berimbang yaitu NPK Mutiara (16:16:16). Menurut
Lingga & Marsono (2007), pupuk ini berbentuk padat
mempunyai sifat lambat larut sehingga diharapkan dapat mengurangi kehilangan
hara melalui pencucian, penguapan dan pengikatan menjadi senyawa yang tidak
tersedia bagi tanaman. Warnanya kebiru-biruandenganbutiranmengkilapsepertimutiara.
PemanfaatanNPK(16:16:16)memberikanbeberapakeuntungan,diantaranyakandungan
haranya lebih lengkap, pengaplikasiannya lebih efisien dari segi tenaga kerja,
sifatnya tidak terlalu higroskopis sehingga tahan disimpan dan tidak cepat
menggumpal. Pupuk ini baik digunakan sebagai pupuk awal maupun pupuk susulan
saat tanaman memasuki fase generatif (Novizan, 2007).
Harga pupuk yang semakin mahal membuat biaya
produksi semakin meningkat.Untuk mengurangi biaya produksi serta meningkatkan
kualitas lahan dan hasil tanaman salah satu kemungkinannya adalah dengan
pemberian pupuk majemuk NPK.Keuntungan menggunakan pupuk majemuk adalah
penggunaannya yang sangat sederhana, pengangkutan dan penyimpanan pupuk dapat
menghemat waktu, ruangan dan biaya (Pirngadi & Abdulrachman, 2005).
Menurut Schwarz (1995), konsentrasi hara yang
kurang menyebabkan prosespertumbuhan dan
perkembangan yang lambat dan secara visual menunjukkan gejala yang abnormal
dalam warna dan struktur.
Hasil penelitian Ariani (2009) tentang uji NPK
(16:16:16) dan berbagai mulsa pada tanaman cabai menunjukan hasil yang berbeda
nyata. Jumlah buah per tanaman dan berat buah per tanaman semakin meningkat
dengan semakin tingginya dosis pupuk NPK yang diberikan pada berbagai jenis
mulsa.Pemberian pupuk NPK 250 kg/ha yang disertai dengan mulsa tandan kosong
kelapa sawit dan sekam padi secara nyata nunjukkan hasil yang lebih baik
dibandingkan perlakuan lainnya.
2.4. Lahan
Gambut
Darmawi, (1999)
cit. Fauzi, (2010) menjelaskan tanah gambut
merupakan akumulasi sisa-sisa tanaman yang mengalami humifikasi lebih besar
dari mineralisasi pada kadar air yang berlebihan dan membentuk endapan-endapan
yang mengandung bahan organik dalam persentase yang sangat tinggi. Lahan gambut
mempunyai kandungan bahan organik lebih besar dari 20% atau mempunyai ketebalan
bahan organik lebih besar dari 50 cm.
Menurut Agus & Subiksa (2008), bahan organik penyusun tanah
gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena
kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya lahan gambut
banyak dijumpai di daerah rawa atau daerah cekungan yang drainasenya buruk.Kemasaman tanah ditentukan oleh kadar
atau kepekaan ion hidrogen yang beredar di dalam tanah tersebut. Bila kepekatan
ion hidrogen (H+) itu dalam tanah terlalu tinggi maka tanah tersebut
asam.Sebaliknya, bila kepekatan ion
terlalu rendah maka tanah tersebut basa (Lingga& Marsono, 2007).
Lahan gambut yang dapat dimanfaatkan
untuk tanaman pangan disarankan pada gambut dangkal (< 100 cm). Dasar
pertimbangannya adalah gambut dangkal memiliki tingkat kesuburan relatif lebih
tinggi dan memiliki resiko lingkungan lebih rendah dibandingkan gambut dalam.Pengembangan
pertanian pada lahan gambut menghadapi banyak kendala yang berkaitan sifat
tanah gambut. Secara umum sifat kimia tanah gambut didominasi oleh asam-asam
organik yang merupakan suatu hasil akumulasi sisa-sisa tanaman. Asam organik
yang dihasilkan tersebut merupakan bahan yang bersifat racun bagi tanaman,
sehingga mengganggu proses metabolisme tanaman yang akan berakibat langsung
terhadap produktivitasnya. Sementara itu, secara fisik tanah gambut bersifat
lebih berpori dibandingkan tanah mineral. Hal ini akan mengakibatkan cepatnya
pergerakan air pada gambut yang belum terdekomposisi dengan sempurna, sehingga
jumlah air bagi tanaman sangat terbatas (Agus & Subiksa, 2008).
Tanah gambut sebagai media tumbuh tanaman memerlukan berbagai input untuk
menciptakan kondisi optimal bagi tumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan.
Variasi input yang pernah dilakukan adalah pemberian pupuk P, Cu, pengapuran,
pemberian abu, pupuk kandang ayam, pemberian tanah
mineral, pengolahan tanah serta melakukan seleksi pada tanaman budidaya yang
mampu beradaptasi pada lingkungan tanah gambut (Handayani, 2004).
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat Dan Waktu
Penelitian inidilaksanakan dilahan percobaan
Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau, Jalan H.R. Soebrantas No. 115 Km 18 Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan
Tampan Pekanbaru.Penelitian
berlangsung dari bulanJuni - Agustus 2012.
3.2. Bahan dan
Alat
Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah benih semangka varietasbaginda F1, (deskripsi pada
Lampiran 1)mulsa plastik hitam perak, pupuk kandang ayam, polybagdan pupuk NPK (16:16:16).Sedangkan alat yang digunakan
adalah cangkul, meteran, parang, gembor, kamera digital dan alat tulis.
3.3. Metode
Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan
Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 1 faktor yaitu pemberian pupuk NPK yang terdiri dari 5
taraf dengan 3 ulangan.
Perlakuan tersebut adalah perbedaan NPK 16 : 16
: 16 dengan dosis sebagai berikut.
M0 =
0
g/tanaman
M1 = 30g/tanaman
M2 = 60 g/tanaman
M3 = 90 g/tanaman
M4 = 120g/tanaman
Jumlah unit percobaan 15 dengan populasi6 tanaman per bedengan, sehingga
populasi seluruhnya berjumlah 90 tanaman. Bagan percobaan di lapangan dapat
dilihat pada Lampiran 2.
3.4. Pelaksanaan
Penelitian
3.4.1. Persiapan Lahan dan Pemberian Pupuk Dasar
Lahan penelitian
terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman kemudian dilakukan
pembalikan tanah. Pembalikan tanah harus merata pada seluruh areal penanaman.
Pembalikan tanah dilakukan sedalam ±30 cm. Bedengan dibuat dengan ukuran 1,5x2,1m,
tinggi 20 cm sebanyak 15 bedengan dengan jarak antar bedengan 4 m. Drainase
dibuat sebaik mungkin supaya air mudah mengalir untuk menghindari terjadinya
pembusukan akar tanaman semangka. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk
kandang ayam dengan dosis20 ton/ha (6,3 kg/bedengan) yang
diberikan satu minggu sebelum tanam.
3.4.2. Pembibitan
3.4.2.1.Pembuatan Tempat Pembibitan
Tempat pembibitan
diletakkan di tempat yangaman dari gangguan hama agar bibit semangka yang
disemai bisa tumbuh normal, kemudian diberi naungan untuk menghindari cahaya
matahari langsung yang terlalu panasdan hujan yang dapat merusak pertumbuhan
bibit. Naungan dibuat menghadap ke Timur dengan tinggi 1,25 m, bagian Barat 1
m. Lebar naungan 2 m, panjang 3 m dan ditutup dengan daun alang-alang sehingga
sewaktu-waktu dapat dibuka bila diperlukan.
3.4.2.2.Medium
Pembibitan
Pembibitan dilakukan di dalam polybag ukuran 8x10 cm dengan medium tanah lapisan atas, yang dicampur
pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 dicampur merata.
3.4.2.3.Pengecambahan
Benih
Sebelum
disemaikan, benih direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diseleksi dengancara
membuang benih-benih yang terapung, sedangkan yang tenggelam diambil.
Selanjutnya benih direndam dalam larutan fungisida Benlate 0,5 g/liter air
selama ±4 jam. Kemudian benih diangkat dan disusun di atas kain lembab dan
digulung. Gulungan kain tersebut dimasukkan kedalam tempat tertutup selama ±24 jam.
Setelah benih yang diperam berkecambah yang ditandai dengan keluarnya akar
sepanjang 2-3 mm, benih siap disemai di polybag
kecil yang telah diisi medium.
3.4.2.4.Pemeliharaan Bibit
Bibit dirawat dan dipelihara secara intensif
terutama dalam hal penyiraman dan penyiangan terhadap gulma.Bibit semangka yang
sudah berdaun 3 helai telah siap untuk dipindahkan ke lapangan.
3.4.3. Penanaman dan Jarak Tanam
Penanaman
dilakukan 1 minggu setelah pemberian pupuk dasardenganjarak tanam (70 x 70)cm. Penanaman
dilakukan dengan cara merobekpolybag
pada bagian samping kemudian bibit beserta tanahnya dimasukkan dalam lubang tanam.
Tanah disekitar bibit dipadatkan dan disiram hingga basah untuk membantu medium
tanah menyatu dengan tanah disekelilingnya.
3.4.4. Pemberian Perlakuan NPK (16:16:16)
Pupuk NPK
diberikan sesuai dengan dosis perlakuan sebanyak 2 kali yaitu saat tanaman
berumur 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam. Pupuk diberikan dengan cara
melubangi disisi kanan dan kiri lubang tanam dengan jarak ± 5 cmdari lubang
tanam sedalam 5 cm. Setelah pupuk dimasukkan, lubang ditutup
kembali. Perhitungan dosis pupuk dapat dilihat pada Lampiran 3.
3.4.5. Pemeliharaan
3.4.5 .1. Penyiraman
Penyiraman
dilakukan pada pagi dan sore hari sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penyiraman
ditiadakan apabila terjadi hujan lebatdan kondisi tanah masih lembab.
3.4.5.2. Penyiangan
Penyiangan secara manualdilakukan jika di dalam bedengan terdapat gulma, sedangkan untuk disekitar lahan penelitian penyiangan dilakukan dengan
cangkul/tangan. Tujuannyaagar tanaman semangka bebas dari
gulma yang merugikan dan mengurangi potensi terkena hama dan penyakit.
3.4.5.3. Pemangkasan
Pemangkasan merupakan langkah membuang
cabang – cabang yang tidak produktif dan membentuk percabangan optimum, kegiatan
ini bertujuan untuk menyeragamkan
pertumbuhan tanaman, menjamin proses produksi berjalan maksimal,menekan resiko
hama dan penyakit, serta merangsang tunas-tunas produktif.
3.4.6. Panen
Tanaman semangka dipanen pada umur 51 hari
setelah tanam. Ciri-ciri tanaman semangka yang siap dipanen adalah tangkai buah
mengecil, tangkai sudah tidak berbulu
dan cenderung bergaris-garis coklat, warna buah mengkilat,sulur pada pangkal
buah kecil dan sudah mengering,bagian buah yang terletak di atas landasan telah
berubah warna dari putih menjadi kuning tua, bila ditepuk buah yang telah tua terdengar
nyaring.
3.5. Pengamatan
Pengamatan dilakukan
terhadap setiap unit percobaan dengan sampel berjumlah sebanyak 3 tanaman. Parameter yang diamati adalah sebagai
berikut:
1. Panjang Tanaman (cm)
Pengukuran panjang tanaman dilakukan
dengan cara mengukur dari pangkal batang sampai batang utama dengan
menggunakan alat ukur meteran. Pengukuran panjang tanaman dilakukan pada saat panen.
2. Jumlah Daun (helai)
Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan
cara menghitung daun yang terdapat pada batang utama tanaman. Penghitungan
jumlah daun dilakukan pada saat panen.
3. Saat Muncul Bunga (hari)
Pengamatan
umur muncul bunga betina pertama dilakukan dengan menghitung jumlah hari, mulai
dari saat tanam sampai tanaman mengeluarkan bunga betina pertama ±75% dari
populasi tanaman per bedengan.
4. Umur Panen (hari)
Umur panen diperoleh
setelah buah semangka memenuhi kriteria panen, dihitung sejak awal tanam hingga
panen.
5. Bobot Buah per Tanaman (kg)
Bobot buah diukur
dengan menimbang setiap buah yang dipanen dari setiap tanaman sampel.
6. Bobot
Buah per Bedeng (kg)
Bobot buah per Bedeng diperoleh dengan
menimbang semua buah yang dipanen dari setiap bedeng.
7. Lingkar Buah (cm)
Pengukuran
lingkar buah dilakukan setelah panen, dengan cara melilitkan tali pada bagian
tengah buah kemudian mengukur tali tersebut dengan meteran.
DAFTAR PUSTAKA
Agus,F. dan I.G.M.
Subiksa. 2008. Lahan Gambut : Potensi untuk Pertanian dan
Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforesty Centre
(ICRAF). Bogor. 36 hal.
Ariani, E. 2009. Uji Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 dan Berbagi Jenis Mulsa
Terhadap Hasil Tanaman Cabai (Capsicum
annumL). Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Pekanbaru. SAGU. 8(1) : 5-9.
Badan Pusat
StatistikRiau. 2012. Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura Riau. Riau dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Pekanbaru. 518
hal.
Badan Pusat
Statistik Riau.2011. Statistik Tanaman Sayuran dan Buah
Buahan Semusim. Badan Pusat Statistik. Pekanbaru.73 hal.
Damayanti, M.N. 2009.Kajian Keberhasilan Pelaksanaan Kemitraan dalam MeningkatkanPendapatan
Antara Petani Semangka di Kabupaten Kebumen JawaTengah Dengan CV Bimandiri. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 125 hal.
Duljapar, K. dan R.N. Setyowati.2000. Petunjuk Bertanam Semangka Sistem Turus. Penebar Swadaya. Jakarta. 79 hal.
East West Seed. Http: //www.
eastwestindo. com. Diakses pada 12 April 2012 di Pekanbaru.
Erningpraja, L., L. Buana,
Satyoso, S. Suyanto dan Z. Poeloengan. 1995. Kontribusi Pemupukan pada Masa TBM
Terhadap Produksi dan Pertumbuhan Kelapa Sawit PadaTanah Dystropepts.Jurnal Penelitian Kelapa Sawi.t3(2):
101-118
Fauzi. 2010. Uji
Beberapa Jenis Mikroorganisme Selulolitik terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Kedelai (Glycine max L.) di Lahan
Gambut. Skripsi.Fakultas Pertanian. Universitas Riau.
Pekanbaru.35 Hal.
Gardener, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta. 225 hal.
Hakim, N., Nyapka, Y. Lubis, S.G.
Nugroho, R. Saul, A. Diha, G.B., Hong, dan Bailey.1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung. Lampung. 197 hal.
Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-dasar
IlmuTanah.Jakarta:
Raja Grafindo Persada. 21 hal.
Hardjowigeno, S.
2003. Ilmu Tanah. Bogor: Akademika Pressindo. 92 hal.
Harjadi. 1999.Pengantar
Agronomi. Gramedia.Jakarta. 205 hal.
Hastuti, S. 2001. Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah
Mada.Yogyakarta. 197 hal.
Handayani,
I.P. 2004.Studi Pemanfaatan Gambut Asal
Sumatera: Tinjauan Fungsi Gambut sebagai Bahan Ekstraktif, Media Budidayadan
Peranannya dalam Retensi Carbon. Wetlands International.
Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu.
Sumatera. 232 hal.
Islami, T., dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press.
Semarang.105 hal.
Kalie, M.B. 1991. Bertanam Semangka. Penebar Swadaya. Jakarta.77 hal.
Koswara, E. 2006. Teknik Percobaan Beberapa Jenis
Pupuk Majemuk NPK pada Tanaman Tomat. Teknik Litkayasa Penyelia pada Balai
Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang. Bandung.Buletin Teknik Pertanian
11(1): 41-43.
11(1): 41-43.
Lakitan, B.
1992.Fisiologi Pertumbuhan dan Perkebunan Tanaman.Raja Grafindo Persada.Jakarta. 114 hal.
Lingga, P dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunan Pupuk. Penebar
Swadaya. Jakarta. 150 hal.
Loveless, R.A. 1988.Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. PT. Gramedia.Jakarta. 86 hal.
Marsono dan Sigit, P. 2002.Pupuk
Akar Jenis danAplikasi. Jakarta.
Penebar Swadaya. 55 hal.
Mattjik, A.A. danI.M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB Pres.
Bogor.276 hal.
Novizan. 2007. Petunjuk
Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. 116 hal.
Nurtika, N. 2009. Respon Tanaman Tomat terhadap
Penggunaan Beberapa Jenis Pupuk Majemuk NPK. Jurnal Agrivigor. 6(3) : 213-218.
Pirngadi, K. dan S. Abdulrachman. 2005. Pengaruh
pupuk majemuk NPK (15-15-15) terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Balai
Penelitian Tanaman Padi Subang. Jawa Barat. Jurnal
Agrivigor. 4(3) : 188-197.
Prajnanta,
F. 2003. Agribisnis Semangka Non-Biji.
Penebar Swadaya. Jakarta. 192
hal.
Rukmi. 2010. Pengaruh Pemupukan Kalium dan
Fosfat terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Muria, Kudus.
Sari, A.Y.N. 2009. Pengaruh Jumlah Buah dan Pangkas Pucuk (Toping)
terhadap Kualitas Buah pada Budidaya Melon (Curcumis melo L.) dengan Sistem
Hidroponik. Skripsi. Program Studi
Hortikultura. FP-IPB.
Schwarz, M. 1995.Soils Culture Management. Springer-Verlag Berlin. Heidelberg.
Germany.77 hal.
Siregar, A. da n I. Marzuki.
2011. Efisiensi pemupukan urea terhadap serapan N dan peningkatan produksi padi
sawah (Oryza sativa. L.). Jurnal Budidaya Pertanian. 7(2) :
107-112.
Sutedjo, M.M. 2010. Pupuk dan CaraPemupukan.
Rineka Cipta. Jakarta. 174 hal.
Sudjianto, U dan V. Krestiani. 2009.Studi pemulsaan
dan dosis NPK pada hasil buah melon (Cucumis melo L). JurnalSains dan Teknologi. 2(2):
7-18.
Sunarjono, H. 1996. Aneka Permasalahan Semangka dan Melon Beserta
Pemecahannya. Penebar Swadaya. Jakarta.
118hal.
Sucipto. 2010. Efektifitas cara
pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas sorghum manis (sorghum
bicolor L. Moench). Jurnal Embryo. 7(2) : 67-74.
Wersa, W. 1994. Pengaruh Takaran dan Cara
Penempatan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan, Komponen Hasil dan Hasil Kedelai (Glycine max L.) Merril). Skripsi. Universitas Borobudur.
Jakarta. 55 hal.
Wihardjo,F.A.S. 1993.Bertanam Semangka. Kanisius. Yogyakarta. 107 hal.
Wirakusumah. 1994. Konsumsi perKapita Buah-buahan. Jakarta. 43 hal.
Lampiran 3 nya mana gan?
BalasHapus